Mudah-mudahan tak ada aral melintang, rencana Pemilu/Pilpres yang diagendakan berlangsung tahun 2014 dapat berjalan dengan lancar. Waktu yang tersisa tinggal kurang lebih 1,5 tahun lagi atau bisa juga dikatakan masih sekitar 1,5 tahun lagi. Itu karena cepat atau lamanya waktu bergulir sangat bergantung pada masing-masing persepsi. Yang jelas, sekitar 1,5 tahun lagi.
Di luar prediksi saya bahwa untuk pemilihan wakil rakyat/parpol nanti, golongan yang tidak menggunakan hak suara (golput) akan meningkat, dalam waktu yang tersisa itu, dengan melihat segala perkembangan hiruk pikuk politik sampai sejauh ini, secara pribadi, khusus untuk pemilihan presiden saya berani memperkirakan bahwa tidak ada capres yang menang dalam satu putaran (meraup 50% suara pemilih). Boleh juga dikatakan "mustahil".
Hal itu jelas dapat diperkirakan, mengingat sampai dengan saat ini belum ada satupun tokoh/calon yang secara umum dapat dianggap kredibel dan mampu menumbuhkan harapan/kepercayaan rakyat. Setelah SBY yang pada pemilu lalu berhasil menang dalam satu putaran, dan untuk pemilu esok tidak dapat dicalonkan lagi (karena sudah memimpin dua kali), pertarungan hanya diwarnai isu capres-capres “muka” lama/tua, yang pada banyak pendapat menyatakan negeri ini membutuhkan pemimpin “muda”.
Sebenarnya tentang tua ataupun muda ini bukanlah masalah. Yang diharapkan rakyat adalah pemimpin yang nantinya berkompeten, mendapat dukungan besar secara mayoritas dan memiliki keberanian melakukan perbaikan. Sayangnya, tokoh yang selama ini ada pun masih diragukan untuk memperoleh kepercayaan itu. Tokoh muda bisa menjadi harapan pembaharu, tapi sebuah “kewajiban” jika di antara mereka memang serius harus berani menunjukkan diri. Karena apalah gunanya sebuah harapan, kemampuan, ataupun juga komitmen kalau para tokoh muda cenderung “menyembunyikan” diri, malu tapi mau, ingin bersinar tapi tak mau mengorbitkan diri sendiri.
Belum ada tokoh yang mampu membuat sebagian besar rakyat mempertimbangkan dukungan. Yang sering muncul adalah tokoh-tokoh “kontroversial”, pada satu sisi banyak digadang untuk mencalonkan diri, namun pada sisi lain banyak yang tidak menyetujui. Dan pada sisi serupa di atas, belum ada satupun tokoh yang bisa dikatakan “baru” serta mampu menghidupkan kepercayaan rakyat nyata-nyata muncul untuk mencalonkan diri. Bahkan sebuah keterbalikan kondisi ketika tokoh yang bisa dikatakan wajah lama serta dinilai banyak memiliki “dosa” pada rakyat malah begitu pede-nya untuk mencalonkan diri.
Itulah yang sampai sekarang ini terjadi. Yang tua masih ingin/diinginkan maju, yang muda malu-malu, yang “bermasalah” justru percaya diri, yang digadang/diisukan hebat malah tak jelas ingin maju atau tidak, dan banyak yang terlihat pintar,hebat,bersih,baik tokoh muda/tua hanya memilih bicara-bicara berwacana atau memilih jalan “keren” menjadi kritikus, melontarkan kritik saja.
Ingat! 1,5 tahun lagi untuk sebuah persiapan diri. Yang ditunggu adalah yang “memenuhi syarat” dan dengan tegas menyatakan “maju”! Bukan malu tapi mau! Buktikan jika mampu menang dalam satu putaran! Nggak usah “piningit-piningit”an segala.
Salam dari satu suara.
.
.
C.S.
Udah nggak hebat, pemalu lagi.
Biarin, lha wong jelas nggak mau!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H