Mohon tunggu...
Chrisseptina Damayanti
Chrisseptina Damayanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas

Saya punya banyak hobi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mati

10 September 2021   23:40 Diperbarui: 19 Juli 2023   13:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia bersuara menghancurkan hening malam.. tak ada yang mendengar.. 

Ibunda meraung mengiba yang Kuasa. 
Kumpulan doa bersautan dari mulut ke mulut, mencoba membelah langit di mana Sang Hyang Widhi bertakhta,
meski cucuran tangis bercampur sengatnya peluh, tak pelak membungkam harap. .
Putus sudah.
Sukma yang telah cerai dari raga serupa minyak tak tercampur air,
Ibunda hatinya terhempas perih dan tak sanggup pula ditahannya.
Bak ngengat terpikat cah'ya lilin, tak terlepas genggam tangan ibunda terhadap putranya.
Makin larut malam memanggil dingin, makin khusyuk permintaan hamba.
Sungguh malang nasib ternyata, Sang Empu Hidup tak sembunyikan akhir hayat makhluk-Nya.
Hanya ibunda yang tak tahan, mungkin ingin ikut dia katakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Tempat Kembali

Baca juga: Jawaban

Baca juga: Rindu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun