Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi, terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi dan sistem drainase yang buruk. Fenomena ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara volume air yang masuk ke suatu wilayah dengan kapasitas tanah atau saluran untuk menampungnya. Faktor utama penyebab banjir meliputi curah hujan ekstrem, penggundulan hutan, alih fungsi lahan, dan pengelolaan infrastruktur yang tidak memadai. Dampak banjir dapat bersifat fisik, seperti kerusakan infrastruktur dan properti, serta non-fisik, seperti gangguan sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Untuk mengurangi risiko banjir, diperlukan langkah-langkah mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, reboisasi, pembangunan tanggul, dan edukasi masyarakat. Penelitian lebih lanjut tentang strategi adaptasi terhadap perubahan iklim juga menjadi aspek penting dalam upaya pencegahan banjir di masa depan.Â
SDG 13 adalah salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang berfokus pada pengambilan tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Tujuan ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan terhadap bencana iklim, dan memperkuat upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.
Mencegah banjir merupakan langkah penting untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan dan memastikan keberlanjutan kehidupan. Berikut adalah alasan mengapa pencegahan banjir sangat penting, Banjir dapat mengancam nyawa manusia, terutama jika terjadi secara tiba-tiba seperti banjir bandang. Selain itu, air banjir sering kali membawa material berbahaya seperti lumpur, puing-puing, atau bahkan kontaminasi kimia, yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Dengan mencegah banjir, risiko terhadap keselamatan jiwa dapat diminimalkan.
Banjir dapat menyebabkan kerusakan pada rumah, infrastruktur, lahan pertanian, dan aset-aset penting lainnya. Dampaknya adalah kerugian finansial yang besar, baik bagi individu maupun negara. Dengan mencegah banjir, biaya perbaikan dan pemulihan pasca-bencana dapat dikurangi.
Banjir dapat menyebabkan erosi tanah, pencemaran air, dan kerusakan ekosistem. Sampah dan limbah yang terbawa oleh banjir sering mencemari sungai, danau, dan laut. Upaya pencegahan banjir, seperti reboisasi dan pelestarian kawasan resapan air, dapat membantu menjaga keseimbangan lingkungan.
Dusun 19 Bagan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Percut Sei Tuan Kota Medan Sumatera Utara 20371 terkena banjir sangat hebat, dimana semua perlengkapan bahkan hingga rumah ikut terendam banjir yang sangat dahsyat, hingga tempat mata pencaharian warga setempat menjadi hangus terbawa arus.
Pada 10 Januari 2025 Mahasiswa/i Universitas Satya Terra Bhinneka melakukan kunjungan wawancara kepada masyarakat Dusun Bagan Pada 28 November 2024 dimana msyarakat Dusun Bagan saat itu sedang mengalami kebanjiran yang sangat hebat hingga menenggalamkan beberapa rumah warga bahkan mata pencahariannya. Kondisi tersebut dipengaruhi mata debit air sungai yang meluap secara signifikan hingga menyebabkan bendungan sungai menjadi roboh dan hancur.
"Banjir mengalir dari medan karena tali air yang di buka dari saluran Medan" (Kata Bu Lele)
"Di daerah ini, banjir sering disebabkan oleh sampah yang dibuang sembarangan, yang akhirnya parit akan tersumbat. Dan parit yang sangat sempit/terlalu kecil. Apalagi jika parit besar, kemungkinan banjir tidak akan terjadi lagi." Â (Kata Bu Rohani)
"Penyebab utama banjir daerah ini sering sekali karena penumpukan sampah yang di parit-parit, akibatnya air tidak bisa mengalir akibat masyarakat yang sering buang sampah sembarangan." (Ujar Bu Nesri)
Menurut warga Dusun Bagan dampak dari banjir akibat perubahan iklim pada mereka sangat terasa dalam kehidupan sehari hari