Mohon tunggu...
Chris Surinono
Chris Surinono Mohon Tunggu... -

Pencari dan terus menjadi pencari....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sombong: di antara Sisi Sehat dan Sakit

8 Desember 2014   12:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Sombong atau kesombongan itu dosa. Tapi ia juga sebuah perasaan. Sombong, seperti semua perasaan lainnya, mempunyai dua wajah: sehat dan sakit. Menjadi tantangan adalah sisi mana yang harus dikembangkan dan dihidupi seseorang. Tentu sisi sehat yang ingin ditumbuhkan dalam diri. Ciri sisi sakit adalah orang memenuhi diri sendiri dengan segalanya, puji diri dengan memandang rendah orang lain, dan menuntup diri dari sikap murah hati. Sisi sehat akan penuh dengan kemanusiaan dan kehidupan. Kalau orang bercerita tentang kesuksesannya, orang itu tidak sombong, karena ia tidak meremehkan orang lain.

Sisi sakit sering menjauhkan orang untuk berbuat sesuatu karena ia menganggap diri tidak butuh bantuan orang lain, nasihat, teguran.  Sisi sehat akan selalu disertai dengan kesadaran bahwa ia butuh sesamanya, ia kerja bersama orang lain. Ia menjadi demikian karena ada bantuan, nasihat, dorongan, pendampingan mereka yang mengasihinya. Dalam segala hal mustahil berjalan sendiri.

Obat kesombongan adalah rendah hati. Rendah hati adalah “berjalan dalam kebenaran tentang diri dan Allah", demikian kata Teresa dari Avila. Kebenaran tentang diri sendiri sebagai manusia yang rapuh, terbatas, bisa salah dan berdosa. Juga kebenaran tentang Allah yang agung, mulia, kudus, murah hati dan pengampun. Allah sangat menghormati manusia dengan seluruh kerapuhannya. Bahkan Allah menggunakan kerapuhan manusia untuk menyatakan kemuliaan-Nya setiap hari.

Maka, Rendah hati adalah pintu pembuka segala kebajikan dan keutamaan lainnya dalam hidup bersama dan hidup bersama dengan Allah.Arthur Schopenhauer, seorang filsuf, menulis: Pride works from within; it's the direct appreciation of oneself".(Kesombongan itu selalu bekerja dari dalam diri; terarah untuk selalu memuji diri sendiri).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun