Mohon tunggu...
Chrismelan Pesoa
Chrismelan Pesoa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Duta Wacana

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Kasus Schistosomiasis di Sulawesi Tengah

1 Juni 2020   16:09 Diperbarui: 1 Juni 2020   16:14 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Schistosomiasis merupakan suatu penyakit zoonotik yang menyerang hewan mamalia dan sering dikenal dengan sebutan demam keong. Schistosomiasis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan karena adanya infeksi cacing trematoda genus Schistosoma. Cacing ini ditularkan melalui perantaranya yaitu keong Oncomelania hupensis dan menyebabkan gejala gatal-gatal, demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, sesak napas dan gejalanya juga berkaitan dengan lokasi organ yang diinfeksi dan dapat menyebabkan kematian. Sementara menurut data dari WHO, cacing parasit yang menginfeksi anak-anak akan membuat pertumbuhan melambat.

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1937 dan faktanya dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia penyakit ini hanya berada di Provinsi Sulawesi Tengah, yakni di Kabupaten Sigi (Lembah Lindu) dan Kabupaten Poso (Lembah Napu dan Lembah Bada). Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah jumlah prevalensi pada manusia dari tahun 2013 - 2018 datanya terus berfluktuasi dan tahun 2018 sudah turun sampai dibawah 0,5%, ini terjadi karena adanya Pemberian Obat pencegahan massal, namun tentu saja sampai saat ini untuk menurunkan sampai 0% masih belum tercapai, hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor Kegiatan Masyarakat yang kurang baik, contohnya: hampir sebagian pekerjaan yang ada di Sulawesi Tengah adalah sebagai petani yang sebenarnya sangat berisiko tinggi terkena penyakit ini, dan kebiasaan buruk para petani yang sering berpergian ke daerah persawaan tanpa menggunakan sepatu boot yang dapat menyebabkan penyakit ini masuk melalui tubuh dan meningkatkan jumlah prevalensi tersebut, selain itu adanya kebiasaan warga yang membuang tinja dengan sembarangan ke lingkungan yang mana hal ini akan trus meningkatkan penyakit Schistosomiasis ini, karena orang yang sudah terinfeksi dapat menularkan penyakit ini kelingkungan melalui tinja tersebut. dan ada lagi kebiasaan penduduk yang meningkatkan penyakit inni terus berkembang yaitu karena adanya kebiasaan mencuci, mandi dan kegiatan lain yang dilakukan di daerah atau pada aliran air yang berasal dari keong yang membawa cacing tersebut.

Faktor lain yang mempengaruhinya adalah faktor lingkungan yang mana lahan-lahan yang merupakan tempat berkembangbiaknya keong Oncomelania hupensis tidak dikelolah dengan baik, dan pengendalian terhadap keong Oncomelania hupensis sendiri yang belum optimal.

Oleh karena beberapa faktor ini maka pertama perlu dilakukannya sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya menggunakan sepatu boot, celana panjang dan sarung jika berpergian kedaerah persawahan atau daerah yang berpotensi adanya keong Oncomelania hupensis yang dapat menyebabkan penyakit Schistosomiasis, tidak membuang kotoran tinja dilingkungan, dan tidak sembarangan mandi, mencuci didaerah perairan yang berpotensi adanya keong Oncomelania hupensis, selain itu masyarakat perlu mengetahui gejala dan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan ketika terserang penyakit tersebut, dan yang paling penting dari melakukan sosialisasi adalah tubuhnya rasa pengertian dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam menangani penyakit ini. Selain melakukan sosialisasi perlu adanya tindakan lebih jauh tentang pembuatan Roadmap eradikasi Schistosomiasis sehinggi mengetahui daerah-daerah mana yang berpotensi adanya Schistosomiasis, dan bersama-sama melakukan pengendalian terhadap keong penyebab penyakit Schistosomiasis tersebut, dan melindungi lingkungan yanga da disekitar kita dengan baik. Agar terciptanya lingkungan yang bersih. Sehingga tidak terjadinya penyebab penyakit-penyakit lainnya yang lebih berbahaya dari penyakit Schistosomiasis yang ada di Sulawesi Tengah.

Daftar Pustaka:

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2018

Nurul Rasyika, dkk. 2016. Analisis Faktor Resiko Kejadian Schistosomiasis di desa Puroo Kec. Lindu Kab. Sigi 2014. Palu :Jurnal Preventif, Vol.7 No.1, Maret 2016 :1 - 64

Selfi. 2011. schistosomiasis Hubungan respon imun dan perubahan patologi. Majalah Kedokteran Andalas. No2. Vol.35.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun