Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lampard yang Salah Tempat dan Tidak Beruntung

29 Januari 2021   21:04 Diperbarui: 29 Januari 2021   21:05 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frank Lampard | Sumber : skysports.com

    

                                              Frank Lampard baru saja dipecat oleh Chelsea pada hari Senin tanggal 27 Januari 2021. Kendati baru saja berhasil mengantarkan Chelsea melaju ke putaran kelima Piala FA setelah berhasil mengalahkan Luton Town dengan skor 3-1, itu masih tak cukup untuk menyelamatkan karier kepelatihanya di Chelsea. Lampard yang juga merupakan legenda Chelsea dan juga legenda Timnas Inggris memang sudah dihubungkan dengan isu pemecatan dalam 2 bulan terakhir menyusul penampilan buruk dan inkonsistensi The Blues di Liga Inggris dimana hingga pada pekan terakhir sebelum Lampard dipecat, Chelsea menelan kekalahan 0-2 dari Leicester City yang membuat posisi Chelsea semakin terpuruk dengan berada di peringkat ke-9 klasemen dengan catatan 8 kemenangan, 5 hasil imbang dan 6 kekalahan yang mengakibatkan mereka baru mengoleksi 29 poin dan tertinggal 11 poin dari Manchester United yang memuncaki klasemen sementara Liga Inggris.

    Periode Desember 2020 hingga Januari 2021 memang menjadi mimpi buruk bagi Chelsea dan juga Lampard karena Chelsea hanya meraih 3 kemenangan , 1 hasil imbang dan harus menelan 5 kekalahan yang berarti dalam 2 bulan, Chelsea hanya mampu meraih 10 poin . Meskipun di Liga Champions, Chelsea berada di puncak klasemen Grup dengan perolehan 14 poin, namun tetap saja apa yang terjadi dengan Chelsea di Liga Inggris tetaplah menjadi sebuah pertanyaan besar mengingat pada musim lalu Frank Lampard berhasil mengantarkan Chelsea menduduki peringkat keempat klasemen dan berhak melaju ke babak kualifikasi Liga Champions di mana pada musim lalu Chelsea terkena hukuman larangan transfer pembelian pemain. 

   Musim lalu pada 2019/2020, Lampard ditunjuk untuk menggantikan Maurizio Sarri yang hengkang ke Juventus dalam kondisi yang mungkin cukup sulit bagi klub dan juga untuk Lampard sendiri karena di musim tersebut Chelsea terkena larangan untuk melakukan transfer pembelian pemain pada musim panas dan musim dingin selain itu Chelsea juga harus ditinggal hengkang oleh para pemain andalanya seperti duo bek tengah, David Luiz yang hengkang ke klub rival, Arsenal dan Gary Cahill yang hengkang ke klub London lainya, Crystal Palace selain itu mereka juga harus kehilangan pemain terbaik mereka yang berperan dalam produktivitas dan prestasi mereka dalam 7 tahun terakhir yaitu Eden Hazard yang dijual ke Real Madrid. Kondisi ini adalah sesuatu yang cukup rumit bagi Frank Lampard, yang secara pengalaman baru satu tahun melatih itupun dengan klub Derby County yang bersama Lampard hampir saja promosi ke Liga Inggris andai tidak kalah dalam babak playoff promosi Liga Inggris 2019. Alhasil, dengan larangan transfer pembelian pemain dan hengkangnya 3 pemain andalan mereka membuat Lampard tidak punya pilihan lain kecuali memaksimalkan pemain muda Chelsea dengan pemain lama. Pemain-pemain muda seperti Tammy Abraham, Mason Mount, Christian Pulisic, Reece James, Hudson-Odoi, Fikayo Tomori, dan Billy Gilmour menjadi sekumpulan pemain muda yang berhasil dipoles Frank Lampard untuk menjadi andalan Chelsea pada musim tersebut sekaligus menjawab keraguan publik apakah Chelsea bisa menjawab banyak dengan materi pemain tersebut. Meskipun sempat terseok-seok, Chelsea pada akhirnya berhasil finish di posisi klasemen akhir di peringkat keempat dan Chelsea juga berhasil menembus babak final piala FA 2020 sebelum akhirnya kalah dari Arsenal dengan skor 1-2. Meski demikian, Lampard tetap dipuji dan diberikan kredit karena berhasil membawa Chelsea setidaknya bersaing di papan atas meski hanya dengan menggunakan materi pemain muda. Alhasil, Lampard tetap diberi kepercayaan dari Abramovich untuk menjadi arsitek Chelsea pada musim selanjutnya. 

  Setelah menjalani larangan transfer pembelian pemain selama semusim, Lampard yang memang sudah “lapar” untuk memberikan kekuatan ekstra kepada skuadnya secara cepat melakukan banyak pembelian pemain top berkualitas yang sedang naik daun dalam industri sepakbola saat ini. Pemain-pemain top tersebut antara lain adalah duo youngster Jerman Timo Werner dan Kai Havertz, Winger Hakim Ziyech, Bek kiri Ben Chilwell, Bek Malang Sarr, Kiper Edouard Mendy, dan terakhir adalah Thiago Silva.

    Dengan transfer pembelian pemain yang dilakukan oleh Lampard ditambah dengan komposisi skuad muda yang menjadi andalan musim lalu Chelsea, banyak pihak yang meramal bahwa Chelsea akan menjadi kandidat kuat untuk menjadi juara Liga Inggris. Akan tetapi, nyatanya segalanya menjadi bumerang untuk Chelsea dan juga Lampard. Komposisi pemain baru dan lama Chelsea membuat Lampard cukup bingung untuk menentukan formasi dan posisi pemain yang cocok. Hasilnya adalah Lampard membuat keputusan yang mungkin cukup dipertanyakan dan aneh bagi pecinta sepakbola, keputusan tersebut antara lain adalah menaruh Werner di posisi left-wing dalam formasi 4-2-3-1 padahal pada musim-musim sebelumnya, nama Werner justru melejit berkat produktivitas golnya bersama RB Leipizig dan Timnas Jerman dimana Werner menjadi pemain ujung tombak dengan formasi yang serupa. 

   Dalam formasi tersebut, Werner harus merelakan posisinya diisi oleh Tammy Abraham yang pada musim sebelumnya berhasil mencetak 18 gol untuk Chelsea di semua kompetisi. Pada formasi tersebut, Werner “satu barisan” dengan Kai Havertz, Ziyech, Mount, dan juga Pulisic. Hasilnya adalah terjadi suatu kekacauan taktik dimana sektor sayap menjadi tidak produktif dan bahkan Werner baru mencetak 4 gol di Liga Inggris hingga saat ini. Selain itu pemain lainya seperti Havertz juga seperti lambat beradaptasi untuk menemukan skill nya di Chelsea. Namanya kemudian seolah kalah dan tenggelam oleh pemain lainya seperti Ziyech, Mount, dan Pulisic. Selain itu lini sektor belakang juga menjadi sorotan dimana bek baru Thiago Silva dan kiper Edouard Mendy yang diharapkan menutupi lubang kekacauan lini belakang Chelsea yang begitu rapuh di musim lalu malah banyak melakukan blunder, kesalahan, dan miss-komunikasi yang mengakibatkan Chelsea kebobolan 23 gol di Liga Inggris hingga saat ini dengan “hanya” mampu mencetak 33 gol. 

  Lalu yang menjadi pertanyaan apakah Lampard adalah pelatih yang buruk ? tentu saja tidak jika dilihat dari statistik Chelsea pada musim 2019-20, Lampard mampu membawa Chelsea melangkah cukup jauh dengan materi pemain muda dan seadaanya. Hanya saja, Lampard mungkin butuh waktu lebih banyak belajar lagi untuk menjadi pelatih kelas atas layaknya Guardiola, Nagelsmann, dan Tuchel yang akan menggantikan posisinya di Chelsea. Selain itu, Lampard juga sepertinya belum siap dan salah menerima pinangan klub dimana pemilik dari klub Chelsea,, Roman Abramovich adalah sosok ambisius yang sangat kejam dalam soal urusan memecat pelatih selama klub itu dipegang olehnya. Kita tentu saja tidak tahu kemanakah Lampard akan berlabuh setelah ini, tetapi yang jelas Lampard telah meninggalkan warisan yang cukup besar bagi Chelsea, terutama pembinaan dan kekuatan pemain muda untuk Chelsea yang selama ini sangat langka untuk dilakukan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun