Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beirut, Hiroshima-Nagasaki, dan Memori Kelam Bulan Agustus

9 Agustus 2020   23:45 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ledakan Beirut 4 Agustus 2020 Sumber : splash247.com

                                         Pada tanggal 4 Agustus 2020, dunia dikejutkan dengan sebuah berita yang cukup membuat shock dan terguncang seluruh umat manusia. Ketika seluruh dunia sedang berjuang untuk melawan Pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai dan mengorbankan banyak nyawa, tiba-tiba pada headline news di Internet dan televisi, muncul suatu berita bahwa terjadi sebuah ledakan besar di Beirut, ibukota negara Lebanon. 

Mendengar kata ledakan, semua orang pasti langsung beransumsi bahwa ledakan itu terjadi karena ulah terorisme. Akan tetapi, pada kenyataanya adalah ledakan tersebut terjadi karena disebabkan oleh Amonium Nitrat yang merupakan zat kimia berbahaya yang tersimpan pada suatu gudang yang berada di sisi pelabuhan di kota Beirut.

Pada semua video yang beredar di media sosial baik itu Instagram, Facebook, Youtube dan televisi, tampak terlihat sekali bahwa  ledakan tersebut sangatlah mengerikan dimana ketika terjadi ledakan kedua, tampak sangat terlihat sekali bagaimana efek ledakan yang sangat luar biasa bahkan membentuk pola ledakan berbentuk seperti "mushroom" dan menyebabkan langit kota Beirut menjadi merah. Dampak ledakan tersebut bahkan tersebar hingga radius kilometer jauhnya dan menyebakan kerusakan parah pada bangunan dan kendaraan roda dua serta empat yang hancur berantakan. 

Bukan hanya itu, ledakan tersebut juga mengakibatkan korban jiwa sebanyak 158 jiwa dan 6000 korban terluka. Bukan hanya itu, ribuan penduduk kota Beirut harus kehilangan tempat tinggal mereka dan juga kehilangan sarana pekerjaan mereka. Tentu saja, kejadian ledakan tersebut semakin menambah penderitaan negara Lebanon yang saat ini juga sedang berjuang melawan resesi ekonomi, masalah kesehatan-pangan dan juga gejolak politik yang semakin sengit. 

Terlebih, Lebanon juga sedang berjuang bangkit dari trauma kecamuk perang saudara yang sempat terjadi berapa puluh tahun yang lalu yang mengakibatkan negara tersebut pernah berada di jurang kehancuran terdalam dan ditambah lagi dengan ancaman perang dengan Israel yang semakin menjadi kenyataan.

Bagi masyarakat dunia, ledakan besar si Beirut yang video ledakanya sudah tersebar ke seluruh media sosial ini seolah mengingatkan kembali dengan kejadian paling mengerikan dalam sejarah umat manusia yaitu ledakan Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Ledakan bom atom tersebut yang akhirnya berhasil mengakhiri Perang Dunia II telah meninggalkan lubang kehancuran dan trauma mendalam terhadap umat manusia di tengah konflik dan ancaman perang dunia III yang mungkin bisa terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Memang jumlah korban jiwa antara Hiroshima-Nagasaki dan Beirut memang tergolong sangat jauh. 

Ledakan di Beirut "hanya" menelan korban jiwa sebanyak 158 orang sedangkan Hiroshima-Nagasaki telah merenggut jutaan nyawa penduduknya, belum lagi dengan korban terluka yang harus mengalami penderitaan cacat permanen seumur hidup. "Keunikan" lain dari bom Hiroshima-Nagasaki dan Beirut adalah peristiwa ledakan tersebut sama-sama terjadi di bulan Agustus, ketika rakyat Jepang sudah ingin melupakan kejadian kelam tersebut . 

Tiba-tiba, rakyat Lebanon harus mengalami suatu fenomena ledakan yang mungkin hampir sama dengan apa yang dialami oleh rakyat Jepang 75 tahun yang lalu yang mungkin saja ledakan Beirut tersebut dapat membangkitkan kembali trauma rakyat Jepang terutama bagi mereka yang berhasil lolos dari maut ledakan bom atom Hiroshima-Nagasaki.

Agustus memang menjadi momen bagi dunia untuk mengenang sejarah kelam tragedi umat manusia dan apa yang dialami oleh Beirut dan Hiroshima-Nagasaki seharusnya menjadi sebuah titik pembelajaran bagi umat manusia untuk berhenti menciptakan apapun yang dapat membahayakan dan membangkitkan kembali tragedi dan konflik terbesar umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun