Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Ketegasan Jokowi Pada Reshuffle Kabinet 2020

4 Juli 2020   10:50 Diperbarui: 4 Juli 2020   12:42 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi Sedang Memimpin Rapat | Sumber : tribun.com

                                              Saya adalah salah satu dari sekian jutaan masyarakat Indonesia yang cukup terkejut dan heran dengan kemarahan Jokowi pada rapat kabinet bersama seluruh elemen kementrian Indonesia. Pada sebuah video Sekretariat Presiden 18 Juni 2020 yang diupload di Youtube, tampak Jokowi yang sedang memimpin rapat dengan posisi berdiri dan menggunakan microphone berulang kali menepuk dada sambil mengungkapkan kekecewaan dengan nada yang cukup lesu dan pesimistis, wajahnya pun menggambarkan sebuah ekspresi kekecewaan yang sangat mendalam.

Berulang kali pula Jokowi mengungkapkan kata " Biasa-biasa saja" , "tidak berkembang" dan "itu-itu saja". Hingga pada akhirnya, Jokowi mengatakan bahwa beliau akan siap melakukan Reshuffle terhadap Menteri dan pembubaran lembaga-lembaga yang tidak bekerja secara maksimal di tengah kondisi negara yang sangat kacau di semua sektor yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19.

Kemarahan dan kekecewaan Jokowi pada video tersebut memunculkan berbagai reaksi dari berbagai masyarakat. Ada yang mendukung kemarahan Jokowi tersebut. Ada pula yang menganggap itu hanyalah sebuah "pecitraan" belaka, sebuah pernyataan serangan yang sering dilakukan oleh kubu oposisi terhadap Jokowi sejak 10 tahun. Namun, dibalik kemarahan Jokowi yang terkenal dengan sifat kalem , halus , dan murah senyum, tentu saja ini adalah alarm bahaya bagi pemerintahan Jokowi.

Mengapa demikian ? Karena ini adalah sebuah pertanda bahwa beberapa sektor Kementrian tidak mampu bekerja secara maksimal dan selalu mengeluarkan kebijakan yang menimbulkan tanda tanya yang dampaknya jelas cukup merugikan masyarakat dan negara. Mungkin tanpa saya sebut juga para pembaca mungkin langsung paham dan menyimpulkan sendiri siapa saja sektor kementrian yang saya maksud tersebut.

Maka, Reshuffle adalah sebuah pilihan yang selalu digunakan oleh Presiden Indonesia sejak dulu untuk mendongkrak kinerja kementrian yang tidak berkembang dan dengan harapan supaya Menteri di sektor yang baru tersebut mampu menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan ekspetasi sang Kepala Negara dan juga memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Akan tetapi pertanyaanya adalah apakah Jokowi berani dengan tegas untuk melakukan pergantian terhadap Menteri yang mungkin memiliki backingan dan pengaruh yang cukup kuat di belakangnya ?

Jokowi adalah Presiden yang memiliki visi misi yang cukup baik terhadap masa depan negara ini. Dengan kinerjanya pada periode pertamanya sebagai Presiden, sudah sangat jelas bahwa Jokowi sangat mengedepankan prinsip "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia." dengan berbagai pembangunan di berbagai sektor.

Pembangunan wilayah Papua dan pengembalian Freeport adalah salah satu bukti keberhasilan Jokowi dalam memimpin bangsa ini. Sayangnya, seringkali Jokowi tersandera oleh perjanjian politik semata yabg seringkali berpengaruh terhadap kebebasanya dalam mengeluarkan kebijakanya termasuk pemilihan menteri untuk kabinet periode keduanya.

Sangat terlihat bahwa Jokowi terkesan "tidak enakan" terhadap parpol koalisinya sehingga Jokowi harus memilih dan mengangkat Menteri dan pejabat lainya yang mungkin tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkanya, hanya saja karena sudah ada perjanjian politik dengan Parpol pendukungnya, Jokowi harus rela melakukan itu.

Pada Reshuffle Kabinet kali ini, tentu saja kita sangat menantikan dan mengharapkan ketegasan Jokowi dalam "memecat" menteri-menteri yang tidak bekerja secara maksimal tanpa harus takut ataupun terbayang intimidasi oleh Parpol pendukungnya.Karena untuk membangun negara ini bukan hanya sekedar titipan dan perjanjian politik belaka. Jika Jokowi mampu dengan tegas melaksanakan prinsip tanpa "pandang bulu", saya yakin bahwa sindiran dan sarkas "Petugas Partai", "Menteri Titipan Mama" , dan "Boneka" tidak akan lagi menghiasi media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun