Mohon tunggu...
Vox Pop

Ketoprak (Humor) Jakarta

21 Januari 2017   01:01 Diperbarui: 21 Januari 2017   01:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#BangunJakarta

Halo! Salam kenal. Mungkin anda tak kenal saya dan saya tak kenal anda. Pertama-tama, silahkan cari tempat yang nyaman untuk duduk atau berbaring sejenak karena saya akan mengajak anda ngalur-ngidul. Saya peringatkan bahwa anda akan menjumpai banyak istilah aneh nan garing, waspadalah! Saya tidak menjamin sepuluh menit ke depan akan berkesan bagi anda. Sia-sia? Bermakna? Itu tergantung keikhlasan anda terhadap waktu anda. Silahkan diseruput kopinya. Nyaman? Mulai darimana ya?

Jakarta. Kota dimana berbagai orang dari berbagai rahim, masuk ke satu “piring” terbesar yang pernah diciptakan manusia dan menjadi satu “ketoprak” raksasa yang dapat mengenyangkan anda tujuh turunan. Sadar tak sadar, anda, yang sedang menatap layar gadget anda, saya, dan 10.000.000 jiwa lainnya yang tersebar di pelosok kota metropolitan ini adalah sayur-sayur “ketoprak”. Saya tidak tahu apakah anda yang membaca artikel ini adalah sayur segar kualitas premium, tapi saya menganggap diri saya sendiri setara dengan sayur yang anda temui di mangkuk milik bapak kumis penjual bakso langganan anda di tikungan jalan. Mungkin sekarang anda berpikir, anda sedang membaca tulisan orang gila dan bertanya mengapa anda masih membaca tulisan ini sekarang. Bertahanlah.

Jakarta, kota yang (notabene) tak pernah tidur. Kota yang berluapkan dinamika. Bagai jantung, gejolaknya tak berhenti sepanjang hari. Matahari terbit membangunkan orang untuk memulai hari sekaligus mengantar sebagian orang ke alam mimpi. Ada yang berlindung dari Bulan di bawah atap, ada yang bekerja di bawah cahaya bintang. Ada yang jadi tukang kredit, ada yang sembunyi dari tukang kredit. Ah, Jakartaku. Puitis.

Kita ini adalah hidangan spesial kebanggaan Indonesia, ketoprak spesial, disiapkan dengan cara yang terbaik dari yang terbaik. Pisau made in China, ulekan asli dan langsung diimpor dari Padang, kompor gas produk asli Indonesia yang iklannya sering anda lihat di televisi. Pokoknya dijamin, maknyus!

Realitanya, banyak yang mengaku tidak suka dengan mahakarya ini. Terlalu asin? Terlalu hambar? Terlalu pahit? Terlalu pedas? Naon eta?

Sebenarnya yang bisa menjawab pertanyaan itu adalah kita, saya, anda, kamu, aku, kami, kita (eh kesebut lagi). Ketoprak yang anda pesan sehari-hari di warteg kesayangan anda bisa menjadi makanan hotel bintang lima yang harganya selangit jika sayur-sayurnya kualitas premium. Andalah sayur-sayur ketopraknya, ingat? Mau anda kol, mau anda tauge, mau anda pare sekalipun, kalau anda segar, ketopraknya pasti juga enak. Kalau sayur-sayurnya layu, lemah, lesu, mungkin anda anemia. Bukan. Kalau sayur-sayurnya layu, tapi saya mau ketopraknya enak gimana dong? Ngimpi ko’e.

Sudah mau sepuluh menit. Ada satu rahasia lagi di balik ketoprak legendaris yang maknyus. Ketoprak, mau dibuat dengan alat semewah apapun, dibuat oleh koki dari planet lain, bahannya sesegar apapun, bahkan dari Pegunungan Himalaya sekalipun, seorang anak kecil yang minta permen disuguhi ketoprak, saya berani taruhan sepiring ketoprak, anak itu akan bilang ketopraknya tidak enak. Makanan semewah dan semahal apapun, pada akhirnya, yang menentukan enak atau tidak, adalah yang makan. Koki tidak menentukan hasil akhirnya apakah suatu ketoprak enak atau tidak. Koki senang kalau makanannya dinikmati yang makan. Ketoprak enak-enak mbok dinikmati. Jangan muluk-muluk berharap soal ketoprak, nikmatilah dan manjakanlah lidah anda, saya jamin anda dan perut anda akan lebih mensyukuri dan menghargai ketopraknya. Wong, ketoprak itu pada dasarnya makanan yang merakyat dan seharusnya bisa dinikmati semua orang dari semua golongan. #Filosofiketoprak

Akhir kata, sebelum kopi anda habis, dan berhubung suara saya mulai serak, saya hanya mau bertanya satu hal kepada anda. Ketoprak seperti apa yang mau anda buat? Ketoprak hotel berbintang lima? Ketoprak di warung langganan anda? Bingung karena dua-duanya enak? Lapar? Saya juga. Bu, ketopraknya satu gak pedes, ngutang dulu ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun