Berkaitan dengan perbuatan manusia yang demikian, maka pemahaman ini dapat merujuk pada suatu gagasan yang menjelaskan manusia sebagai pusat alam semesta. Gagasan itu disebut antroposentrisme. Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.[2] Dalam paham ini manusia diartikan sebagai yang paling utama dari seluruh alam semesta. Teori ini juga mau menegaskan bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Jadi, nilai yang tertinggi adalah manusia dan kepentingannya; sedangkan alam hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan dan kepentingan manusia, sehingga alam tidak mempunyai nilai pada dirinya.[3] Dengan demikian teori ini menunjukkan suatu sikap egoitis, karena hanya mengutamakan kepentingan manusia.[4] Padahal dengan mengutamakan sikap ini, dengan sendirinya eksistensi manusia pun perlahan-lahan akan musnah. Alasannya karena ketidakseimbangan ekosistem yang terjadi, sehingga itupun berpengaruh pada keberlansungan hidup manusia itu sendiri. Selain latar belakang teori antroposentrisme, terdapat pula latar belakang lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan yaitu berkaitan dengan mulai hilangnya kesadaran manusia dalam merawat alam ciptaan.
     Adapun permasalahan lingkungan hidup yang terjadi berkaitan dengan ketidakseimbangan ekositem ini yang sering nampak dalam realitas sekarang ini, yakni polusi dan perubahan iklim yang tidak baik. Seperti dikatakan dalam buku Laudato Si yang ditulis oleh Paus Fransiskus bahwa "perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak yang buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik".[5] Â
Â
c. Dampak-Dampak yang Terjadi Berkaitan Dengan Eksistensi Manusia
     Berkaitan dengan permasalahan lingkungan yang terjadi dari fakta-fakta empiris yang ada di lapangan akhirnya menimbulkan dampak globalisasi yang berkelanjutan berkaitan dengan eksistensi manusia.[6] Dampak-dampak itu mengakibatkan kerusakan ekosistem yang berpengaruh bagi kehidupan manusia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak-dampak itu terjadi akibat polusi dan perubahan iklim ke arah yang tidak baik. Contoh konkritnya adalah berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang dialami orang setiap hari, seperti: Polusi udara yang mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin, menyebabkan jutaan kematian dini. Adapun akibat dari pemanasan global atau pemanasan bumi yang berefek pada siklus karbon. Itu menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk situasi, karena akan berdampak pada ketersediaan sumber daya penting seperti air minum, energi dan hasil pertanian di daerah yang lebih panas, dan akan menyebabkan kepunahan sebagian dari keanekaragaman hayati di bumi.[7]   Â
Â
d. Peran Ekologi Dalam Mengatur Keseimbangan Ekosistem
     Dalam mengatasi masalah lingkungan hidup yang terjadi berkaitan dengan ketidakseimbangan ekosistem, maka muncullah upaya-upaya untuk membangun kesadaran perawatan lingkungan yang baik supaya tercipta suatu keharmonisan dalam tatanan kehidupan. Upaya-upaya itu dilihat dari gagasan yang dicantumkan berkaitan dengan pembangunan kembali alam dan lingkungan yang harmonis, yaitu biosentrisme. Gagasan ini bermaksud memusatkan lingkungan pada kehidupan yang menyeluruh. Gagasan ini akhirnya memunculkan suatu pemahaman baru, yang diistilahkan sebagai deep ecology. Cara pandang ini hendak menunjukkan semangat cinta akan alam dan lingkungan, karena merupakan bagian di dalamnya. Atau dengan kata lain, manusia merupakan bagian integral dari alam dan bukan merupakan bagian yang terpisahkan darinya.[8] Dari cara pandang ini, akhirnya menggagas suatu ilmu yang berbicara tentang lingkungan hidup yang disebut sebagai ekologi.Â
     Ekologi akhirnya berperan penting dalam menunjukkan suatu kerangka berpikir baru bagi manusia dalam rangka mempertahankan keberlanjutan hidup manusia dalam alam semesta ini. Tentunya dengan mengutamakan prinsip keharmonisan alam, seperti yang ditekankan dalam teori biosentrisme bahwa manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam.[9] Dan tentunya dengan melihat sedikit dari segi etika antroposentrisme yang melihat perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. Maksudnya, karena kepentingan manusia bergantung dari kelestarian alam, manusia diimbau, bahkan terdorong, untuk bertindak secara arif menjaga dan melestarikan lingkungan.[10]
Â
Penutup