Pada kesempatan ini penulis akan membagikan hasil analisis penulis terhadap artikel milik Goenawan Mohamad yang berjudul “Pemimpin”. Terdapat beberapa opini pribadi penulis dalam artikel ini. Penulis menganalisis artikel beliau menurut kacamata subjektif penulis.
Sudah berapa banyak model pemimpin yang Anda temui hingga saat ini? Seperti yang kita ketahui, tidak semua pemimpin layak diikuti, tidak semua memiliki kriteria yang dibutuhkan dalam diri seorang pemimpin. Seorang pemimpin cenderung diidentikkan dengan kekuasaan. Dengan kekuasaan yang ia milikilah ia dapat memerintah orang lain yang berposisi “di bawah”nya. Apakah kekuasaan seorang pemimpin yang membuatnya puas dan bahagia?
Kekuasaan tidak selalu membawa kepuasaan dan kebahagiaan pada manusia. Sebaliknya, kekuasan justru mengurung orang dalam kesendirian, bahkan kesepian. Pemimpin yang terlalu berkuasa justru dapat kehilangan arah. Hal ini terjadi karena tidak ada orang yang dapat bersanding dengannya, membuatnya harus bersandar pada dirinya sendiri. Tidak ada yang dapat menolongnya, sekalipun ia meminta bantuan dari bawahannya, rasa takut yang dimiliki bawahannya terhadap dia jauh lebih besar. Seorang pemimpin yang memiliki terlalu banyak kekuasaan akan merasa dirinya terancam dan akhirnya menimbulkan rasa takut terhadap ancaman yang tertuju pada dirinya.
Di sisi lain, kesendirian mengandung keberanian. Kesendirian bukanlah hal yang menyenangkan untuk dirasakan oleh siapapun, itulah sebabnya orang yang dapat melewati kesendiriannya adalah orang yang berani. Jika keberanian adalah dampak positif yang ditimbulkan oleh kesendirian, keangkuhan akan menjadi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kesendirian. The Bucks Stops Here : “Akulah yang memutuskan, akulah yang bertanggung jawab.” Kalimat ini menyatakan sifat otoriter yang dimiliki oleh seorang pemimpin angkuh. Tidak ada yang dapat membantah keputusannya.
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat membutakan hati nuraninya. Dengan kekuasaan yang besar, pemimpin tersebut dapat melakukan apa saja sesuka hatinya. Contohnya, Presiden Harry S. Truman, pada Agustus 1945 memerintahkan bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Ia membunuh hampir 270.000 orang di Jepang. Walaupun begitu, Truman tidak merasa menyesal, padahal Truman tidak perlu menjatuhkan bom karena pada saat itu, Jepang sudah hampir menyerah. Namun, faktanya, Truman tetap membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Seberapa sering Anda melihat adanya kerendahan hati pada diri seorang pemimpin yang dipenuhi kekuasaan? Saya sendiri jarang menemukan pemimpin yang rendah hati. Faktanya, tidak semua pemimpin mau merendahkan hatinya. Kekuasaan dapat menjadikan seorang pemimpin mempunyai gengsi yang tinggi dan keras kepala. Seperti Truman yang tidak mau mendengarkan nasihat baik, ia hanya mau mendengarkan nasihat orang yang disukainya, yaitu mereka yang setuju dengan pandangannya walaupun salah. Ia mempunyai gengsi yang terlalu tinggi untuk menyatakan bahwa dirinya salah. Sifat buruk ini hanya akan merugikan dirinya sendiri, terlihat jelas bahwa kelak iya akan memiliki karakter yang kurang baik.
Keputusan dan perkataan dari seorang pemimpin memberikan dampak yang besar bagi pengikutnya. Saat Truman meledakkan bom, dunia diancam rasa takut selama berpuluh-puluh tahun dan perlombaan senjata yang paling dahsyat dalam sejarah manusia pun berlangsung. Melalui perbuatannya, Truman telah menghancurkan kehidupan orang banyak.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah, seorang pemimpin yang baik akan dengan rela mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak. Keputusan dan perbuatan yang ia lakukan tidak berpusat pada dirinya sendiri, melainkan orang banyak. Seorang pemimpin yang baik tidak akan mementingkan ego maupun gengsinya. Seorang pemimpin yang baik akan dicintai oleh pengikutnya, pengikutnya pun dapat membedakan antara pemimpin yang baik dan pemimpin yang buruk. Pemimpin yang baik tidak akan membuat keputusannya sendiri, ia bisa menerima kritik dan nasihat dari orang lain. Seorang pemimpin yang baik akan memberikan yang terbaik bagi para pengikutnya. Apakah Anda memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin yang baik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H