Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Tidak Harus Saling Mengancam

6 Juli 2014   21:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:14 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404718047736865457


Saya bersama Edward dalam sebuah campaign video di youtube

"At the end of my life, I want to be able to say that I contributed more than I critized"

[Edward Suhadi, fotografer profesional]

Panggilannya Edward, lengkapnya Edward Suhadi. Badanya gedhe-kebulatan, matanya sipit, kepalanya plonthos disisakan rambut bagian tengahnya aja - gaya mohak. Dari matanya, jelas ia adalah keturuna Tionghoa. Cuma peranakan Tionghoa yang satu ini agak eksentrik, biar pun banyak duit, ia tetep aja bergaya 'ndeso' dan penggemar fanatik sop buntut.

Aku pertama kali akrab Edward saat perjalanan keliling jawa bersama Anies Baswedan. Waktu itu, menjelang akhir November, dalam rangka konvensi Partai Demokrat, Mas Anies dan rombongan berkeliling Jawa menggunakan bus menempuh perjalanan 3000km. Saya dan Edward adalah bagian dari tim roadahow tersebut. Kami mengunjungi tokoh-tokoh pesantren dan bertemu dengan kyai-kyai di pesantren.

Bagi saya yang memang dibesarkan di pesantren, perjalanan mengunjungi kyai adalah bukan hal yang baru. Tetapi perjalanan tersebut menjadi istimewa karena ada Edward. Bayangkan, dia yang keturunan Tionghoa, Kristen pula, menyempatkan diri bertandang - bersilaturahmi - sowan dengan para ulama di jentung-jantung pendidikan Islam, pesantren.

Kehadiran Edward di pesantren-pesantren juga memberikan nilai lain bagi warga pesantren, bahwa ada wajah lain yang berbeda dengan mereka hadir sama-sama sebagai bagian dari banga Indonesia. Ternyata, keberbedaan itu tidak harus saling mengancam, perbedaan itu justru menjadi tumbuhnya saling pengertian

Sebagaimana kebanyakan keturunan Tionghoa di Jakarta, secara ekonomi Edward adalah kelas menengah atas, yang sebenarnya sudah cukup nyaman jika hanya berdifikir tentang bisnis dan urusan keluarganya. Akan tetapi Edward bukan sosok yang demikian, ia memilih untuk terlibat dan turuntangan memikirkan negeri ini.

Dalam kapasitasnya sebagai high caliber fotografer, Edward menyumbangkan kreatifitasnya untuk dikontribusikan pada gerakan sosial, terutama yang digagas oleh Anies Baswedan. Sejak Mas Anies membangun gerakan Indonesia Mengajar, Edward telah banyak membantu mengabadikan aktivitas para pengajar muda yang dikirim ke daerah terpencil, untuk bisa disaksikan oleh khalayak ramai.

Pun saat Mas Anies merintis gerakan Turuntangan, Edward berkontribusi membuat video-video pendidikan politik yang dipublish di youtube. Serial video pendidikan politik 'Bokowe Empuk' yang dibintangi oleh Mas Anies dan Pandji adalah hasil dari besutan Edward bersama tim di studionya di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun