Kamis (4/1/06) Amerika Serikat melantik seorang muslim bernama Keith Ellison (42) dari partai Demokrat sebagai anggota kongres (Dewan Perwakilan). Bagi komunitas Islam di Amerika pada khususnya, hari ini menjadi momen yang penting karena sepanjang lebih dari 200 tahun sejarah republik federal Amerika, ini adalah kali pertamanya mempunyai seorang anggota kongres beragama Islam.
Terlepas dari dibencinya Amerika Serikat oleh sebagian besar ummat Muslim di dunia, terpilihnya Keith Ellison sebagai salah satu anggota kongres menunjukkan bahwa publik Amerika yang multikultur dan multi ras itu mulai menerima seorang yang beridentitas Islam sebagai representasi politik. Kemenangannya dalam pemilu lalu juga merupakan memberikan inspirasi bagi generasi muda muslim di Amerika untuk lebih aktif dalam kegiatan dakwah dibidang sosial dan politik. Asalkan Islam mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan, Islam akan menjadi alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan kehidupan dunia modern yang materialistik.
Masuknya Keth dalam kongres adalah starting point bagi ummat muslim (khususnya muslim moderat) di AS dalam kancah politik di AS. Dalam sebuah wawancara dengan Aaron Blake dari surat kabar online ’the Hill’, Keith mengatakan :
“I think it’s time for the United States to see a moderate Muslim voice, to see a face of Islam that is just like everybody else’s face,…... “Perhaps it would be good for somebody who is Muslim to be in Congress, so that Muslims would feel like they are part of the body politic and that other Americans would know that we’re here to make a contribution to this country.”
Keith Ellison sendiri merupakan seorang muallaf moderat asal Detroit, Michigan, tempat di mana komunitas muslim terbesar di AS berada. Dia masuk Islam pada usia 19 tahun semasa kuliah di Wayne State University in Detroit. Dia lahir dari keluarga keturunan kulit hitam yang nenek moyangnya sudah berada di AS sejak abad 18 lalu. Keluarganya merupakan penganut Roman Katholik yang taat dan aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Ia mempunyai seorang saudara yang kini menjadi pendeta.
Sumpah Pelantikan dengan Al-qur an
Berbeda dengan dengan anggota kongres lainnya yang disumpah dengan menggunakan kita Injil, Keith Ellison disumpah dengan menggunakan Al-qur an. Al Quran yang digunakan adalah koleksi milik Thomas Jefferson, presiden ke-3 AS (1801 – 1809). The Wahington Post tanggal 3 Januari 2007 melaporkan bahwa Al-qur’an tersebut dipinjam dari bagian koleksi buku special dan langka milik perpustakaan Library of Congress. Al-qur’an tersebut merupakan edisi terjemahan berbahasa Inggris terbitan tahun 1764 di London, Inggris.
Tentu saja penggunaan Al-qur’an dalam sumpah pelantikannya menjadi kontroversi bagi sebagian kalangan politis konservatif. Sebagian besar komentator mengatakan bahwa penggunaan Al-qur’an tersebut bertentangan dengan konvensi politik AS yang sebelumnya selalu menggunakan Bible untuk sumpah jabatan. Namun demikian Kaith juga mendapatkan banyak dukungan untuk tetap menggunakan Al-qur’an ketika pelantikan.
Peran Organisasi Islam di AS
Kemenangan Keith Ellison dalam pemilu beberapa minggu yang lalu ini tentunya tidak terlepas dari peran ummat Islam di AS yang sejak awal mendukungnya. Dukungan tersebut bukan hanya sebatas personal, akan tetapi juga secara institusional. Beberapa organisasi Islam seperti Muslim American Society, the Islamic Circle of North America, North American Imams Federation,), American Muslim Alliance, Council on American-Islamic Relations (CAIR dan sebagainya sejak awal membantu kampanyenya untuk memperoleh suara. Bahkan seorang direktor eksekutif CARI, Nihad Awad, secara khusus memberikan sumbangan dana yang cukup besar untuk mendukung kampanyenya. Sumbangan tersebut juga diikuti oleh beberapa Muslim lainnya.
Tentu saja organisasi-organisasi tersebut merupakan organisasi Islam moderat yang tidak bertentangan secara diametral dengan politik Amerika. Organisasi-organisasi Islam moderat di Amerika memang manjadi pelopor dalam proses Islamisasi di AS. Belakangan ini, di kala Islam seakan menjadi momok di AS, akan tetapi Islam justru berkembang makin pesat. Seorang da’i muallaf terkenal dari California, Syekh Hamza Yusuf (Mark Hanson) mengatakan bahwa Islam kini menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya di AS.
Banyaknya imigran dari negara-negara Islam yang kemudian menetap dan beranak-pinak menjadi faktor utama pesatnya penyebaran Islam. Kini para pendakwah Islam di AS rata-rata adalah para American Muslim yang memang lahir dan besar di AS. Sebagian diantara mereka adalah keturunan imigran muslim namun lahir di AS dan sebagian lagi orang Amerika yang pindah ke Islam.