Bersepeda merupakan salah satu hobi yang populer di kalangan masyarakat berbagai usia. Selain menyenangkan, bersepeda juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik, mental, dan lingkungan. Ya, karena  bersepeda bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga investasi bagi kesehatan tubuh dan pikiran.
Bagi lingkungan, dengan bersepeda juga berkontribusi untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Karena dengan bersepeda itu tidak menghasilkan gas buang ysitu karbon dioksida (CO2) dan polutan udara lainnya yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim loh.
Pun tak hanya itu, bersepeda tidak hanya memberikan kebugaran fisik, tetapi juga kepuasan dan kebahagiaan. Selain jalan kaki, saya juga suka bersepeda. Kebiasaan "ngontel" (istilah Jawa bagi orang-orang yang hobi mengendarai sepeda) ini memang saya gemari sewaktu masa kecil dikampung, bahkan sewaktu kuliah dulu di UGM saya sering berangkat ke kampus serta mengikuti kegiatan-kegiatan dikampus dengan bersepeda. Setiap hari mengayuh sepeda sepanjang 5 kilometer kekampus bagiku merupakan hal yang biasa.
Memang semenjak beberapa tahun terakhir aktivitasku bersepeda mulai jarang karena kesibukan dan lain hal. Nah kebetulan nih beberapa aktivitasku yang lain diseputaran rumah seperti kemaren ini ke Kafe Pedjuang, saya mulai mengayuh sepeda kembali.
Yap, jarak antara rumah saya di Cirendeu ke Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebakbulus (paling ujung) kurang lebih berjarak hanya 3-4 km, tak begitu jauh juga. Selain juga berolahraga, dengan bersepeda juga memangkas waktu sekaligus menghemat biaya Ojek Online sekira Rp14.000 perak per hari. Kalaupun saya ada aktifitas lain di Jakarta, sepeda itu saya parkir di Kafe Pedjuang yang kebetulan letaknya persis di stasiun MRT, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan MRT.
Pada minggu-minggu awal bulan lalu saya masih menggunakan sepeda anakku yang tak terpakai lagi, karena si sulung itu  tengah mondok di salah satu pondok pesantren di Kuningan, Jawa Barat. Walaupun mengayuh sepeda ala-ala anak-anak ketika beraktifitas itu  mengasyikan juga ternyata. Berasa dejavu ketika kecil dulu dikampung bersepeda bareng-bareng dengan teman-teman sepantaran, ke pusat kota, ke pasar ataupun sekedar mengisi waktu sore.
Nah, kebetulan juga ada tetangga menawarkan sepeda lipat bekasnya. Alasannya karena dia sudah bosen memakai dan ingin mengganti sepedanya dengan model terbaru. Jadilah akhirnya kubeli sepedanya itu dan tentu dengan harga yang sewajarnya. Alasan lain karena sepeda tersebut dapat dilipat itulah, saya jadi tertantang untuk mencoba mengayuh sepeda untuk mene,ami aktifitas keseharian. Jujur ya, sebelumnya saya belum pernah mencoba mengayuh sepeda ke Stasiun MRT, hanya terkadang suka liat orang naik MRT dengan membawa sekalian sepedanya.
Akhirnya jadilah saya  keterusan untuk bersepeda. Rutenya dari  Rumah mengayuh sepeda ke Stasiun MRT, lalu menaiki MRT, lalu turun di Stasiun MRT tujuan, lanjut kembali mengayuh sepeda lagi ke kantor. Ataupun appabila pagi hari cuaca kan belum terlalu panas, bersepeda langsung dari rumah ke kantor, tanpa harus naik MRT. Oh iya, but the way jangan lupa jika sampai dikantor jangan lupa mandi  agar tidak bau keringat.
Dan beneran, fasiltas untuk membawa sepeda di MRT lengkap banget dan nyaman. Bukan hanya badan kita yang bisa terangkut kereta, tetapi sepeda kita juga bisa ikutan terangkut. Jadi nih di setiap gerbong kereta MRT itu ada space khusus untuk tempat sepeda. Bahkan di setiap Stasiun MRT pun juga ada lift buat angkat sepeda, praktis memudahkan kita untuk naik-turun bahkan keluar-masuk di Stasiun MRT dengan membawa sepeda lipat. Di tangga pada Stasiun MRT juga ada ram khusus buat ngegelindingin roda sepeda, betapa fasilitas untuk para pesepeda di Stasiun MRT benar-benar tersedia dan memudahkan.