Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Nasab Pasangan Pejuang

28 September 2023   09:01 Diperbarui: 28 September 2023   09:05 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar adalah pasangan bacapres dan bacawapres pemilihan presiden 2024 yang pertama mendeklarasikan diri. Pasangan yang disebut sebagai AMIN (Anies-Muhaimin) ini mendeklarasikan diri di Hotel Majapahit, Surabaya pada 2 September 2023. Pemilihan hotel ini terasa pas, karena menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia. Sebelum menjadi Hotel Majapahit, hotel ini bernama Hotel Yamato. Saat masih bernama Hotel Yamato, tempat ini menjadi simbol perjuangan Ketika terjadi proses perobekan bagian biru bendera Belanda dan menjadikannya bendera merah putih.

Terlepas dari pemilihan lokasi deklarasi sebagai simbol perjuangan rakyat, pasangan AMIN ternyata memang memiliki darah pejuang dalam tubuh mereka. Anies Baswedan adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan dan Muhaimin Iskandar adalah cucu dari KH Bisri Syansuri.

Abdurrahman Baswedan atau biasa disebut AR Baswedan adalah seorang pejuang kemerdekaan yang mendapatkan gelar pahlawan nasional. Salah satu perjuangan paling legendaris adalah saat AR Baswedan melakukan diplomasi ke luar negeri untuk mengabarkan kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus mencari dukungan.

Waktu itu Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari Mesir dan AR Baswedan bertugas membawa surat tersebut ke Indonesia. Setelah transit di Singapura, AR Baswedan harus Kembali ke Indonesia melalui Bandara Kemayoran. Masalahnya, pada 1947 Jakarta masih diduduki Belanda.

Dia pun lantas melipat surat tersebut dan menyembunyikannya di kaus kaki. Tujuannya agar surat tersebut aman dari pemeriksaan Belanda. Sebab, di masa itu, setiap orang yang masuk ke Indonesia harus diperiksa secara ketat oleh tentara Belanda. Siasat yang dilakukan oleh AR Baswedan tersebut ternyata berhasil dan dia bisa lolos dari pemeriksaan. AR Baswedan akhirnya melanjutkan perjalanan ke Jogja dan menyerahkan surat tersebut kepada Bung Karno.

Peran AR Baswedan sebagai pejuang tidak hanya membawa surat pengakuan dari Mesir tersebut. Dia juga anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia juga pencetus Persatuan Arab Indonesia, sebuah gerakan mirip Sumpah Pemuda yang mengakui Indonesia sebagai satu bangsa, satu Bahasa, satu tanah air.

Setali tiga uang dengan AR Baswedan, KH Bisri Syansuri juga seorang pejuang. Kakek dari Muhaimin Iskandar ini juga sedang diusulkan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional seperti halnya AR Baswedan.

Yuk Baca artikel-artikelku yang lain di sini... :

Cerita Kyai Chudlori Tegalrejo Saat Mondok di Tebuireng

Awal Kenal Anies, Simpati Karena Rendah Hati

Merdeka! Pahlawan Hakikatnya adalah Relawan

Sanad Keilmuan Anies, dari Pabelan hingga Tebuireng

Uang Rapat dan Nasi Rapat Pak Rasyid Baswedan

KH Bisri Syansuri adalah seorang ulama besar kelahiran Tayu, Pati. Dia adalah salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama. Salah satu peran besarnya dalam perjuangan besar adalah dalam peristiwa resolusi jihad.

Kala itu KH Bisri Syansuri bersama para kiai di Jawa Timur seperti KH Wahab Chasbullah, Hadratussyaikh KH  Hasyim Asy'ari dan para kiai sepuh lain berkumpul rapat untuk mengatur barisan-barisan laskar di sana. Para laskar ini yang membulatkan tekad mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain ikut bertempur di Surabaya, KH Bisri Syansuri juga bertugas mengatur logistik untuk para pejuang. Menurut kesaksian murid Kiai Bisri, waktu itu makanan para pejuang adalah tiwul dan gatot yang dibungkus dengan daun pisang.

Selain perjuangan di medan pertempuran, ada satu lagi perjuangan luar biasa Kiai Bisri Syansuri. Beliau adalah pelopor pendidikan untuk kaum perempuan. Kiai Bisri Bersama istrinya, Nyai Khadijah, membuka pesantren perempuan pada 1919. Pesantren perempuan ini merupakan yang pertama di Pulau Jawa, bahkan di Nusantara.

Melihat catatan perjalanan dua tokoh tersebut, terbukti bila kakek dari Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ini adalah para pejuang tulen di republik ini. Di era modern ini, cucu mereka mencoba meneruskan perjuangan mereka melalui pemilihan presiden 2024.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun