Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekali Layar Terkembang, Nyalakan Kebaikan Berpijar dari Bumi Sulawesi

3 Maret 2023   06:58 Diperbarui: 4 Maret 2023   15:56 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi

Dalam sejarah peradaban umat manusia, membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal. Membaca dan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari enam literasi dasar dan juga merupakan literasi fungsional serta berguna besar dalam kehidupan sehari-hari.

Saya turut berbahagia, ketika pada Senin 28 Februari 2023 yang lalu, turut hadir sebagai salah satu narasumber launching buku “Nyalakan Kebaikan: Sulawesi Memotret Anies Baswedan”. Acara yang diselenggarakan di sebuah kafe Rogar Cafe di kawasan Panakukang, Makassar tersebut dihadiri oleh komunitas anak-anak muda Makassar.

Buku ini ditulis oleh duo “Hasanuddin” muda, yaitu Ahmad Akbar dan Alfitra Mappunna, yang penuh inisiatif dan kreatifitas. Pun, saya hanya sebagai pemberi Kata Pengantar pada buku tersebut, turut hadir pula  beberapa pembicara lain seperti tokoh Advokat Sulawesi Selatan Tadjudin Rahman, pegiat Pendidikan Sekolah Al-Fatih Ibu Peni Adnan Peni Setyowati, aktivis muda Rizki Ramdhani, serta alumni Indonesia Mengajar Muhammad Syahrudin.

Foto : Dokumen Pribadi
Foto : Dokumen Pribadi


Seolah saya “dejavu” dilorong waktu beberapa puluh tahun yang lalu, ketika saya melakukan penelitian antropologi masyarakat pesisir di kawasan Indonesia Timur khususnya di kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, sehingga cukup mengenal karakter masyarakat Bugis-Makassar. Ada satu yang saya catat dalam benak sebagai prinsip: “Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang”. Bagi pelaut Bugis-Makassar, lebih memilih tenggelam di lautan daripada harus kembali lagi ke pantai tanpa hasil.

Atas prinsip di atas itulah, pun semenjak kedua penulis menyampaikan gagasan akan menulis buku tentang Anies Baswedan dalam perspektif tokoh-tokoh di Sulawesi Selatan, saya yakin ide tersebut akan tuntas terselesaikan. Oleh karenanya itu saya menyambut baik dengan memberi akses kepada mereka untuk menghubungi para tokoh untuk diwawancarai terkait pendapat dan pengalaman mereka berinteraksi dengan Anies Baswedan.

Secara umum, buku  Nyalakan Kebaikan: Sulawesi Memotret Anies Baswedan memotret Anies Baswedan dalam perspektif kultur dan pendapat orang-orang Bugis-Makassar. Buku ini ditulis berdasarkan wawancara tokoh Sulawesi Selatan yang pernah berinteraksi dengan Anies Baswedan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oh iya, kedua penulis merupakan relawan Gerakan Turuntangan dimana Anies Baswedan adalah founder utamanya. Sehingga mereka pasti mendalami betul apa itu hakikat kerelawanan. Sebagaimana prinsip kerelawanan Turuntangan, Iuran terbesar bukanlah uang - iuran terbesar adalah kehadiran, pun demikian buku ini hadir sebagai bagian dari iuran para penulis bagi proses menciptakan perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Artinya kehadiran buku ini adalah bagian dari ikhtiar untuk mendukung orang baik melenggang dalam politik dan memimpin republik.

Aspek yang dapat dinilai penting dan menarik dalam hadirnya buku Nyalakan Kebaikan: Sulawesi Memotret Anies Baswedan adalah semangat pencerahan teruntuk pembaca pada khususnya dan teruntuk masyarakat pada umumnya dalam menilai prinsip etika yang lahir dalam kehidupan bermasyarakat dengan meneropong ‘kehadiran’ Anies Baswedan di bumi Sulawesi. Bahwa bagi masyarakat Sulawesi Selatan, Anies Baswedan bukanlah sosok yang baru. Sosok Anies telah lama hadir di hati masyarakat Sulsel karena pertalian kesamaan gagasan mengenai ‘musti ke mana Indonesia’ dan juga kedekatan historis dengan sebagian besar tokoh Sulsel.

Foto: Instagram Alfitra Mappunna 
Foto: Instagram Alfitra Mappunna 

Sebagai sebuah karya tulis yang ditulis oleh generasi yang tidak berinteraksi langsung dengan mas Anies, perhatian penulis mengenai torehan pikiran dan rekam jejak Anies Baswedan di Sulawesi tentu banyak hal yang luput. Namun, hal itu tidak mengurangi kualitas buku ini. Kemampuan penulis melakukan harmonisasi dan kontekstualisasi pemikiran dan jejak perjalanan Anies Baswedan dengan nilai-nilai budaya dan ketaeladanan masyarakat Sulsel patut diacungi jempol. Apresiasi kepada penulis yang telah berhasil mengaitkan nilai-nilai budaya Siri Na Pacce ke titik-titik simpul muatan karakteristik buah pikir dan perilaku Anies Baswedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun