Kamis (7/7) lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baru saja meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) Hans Bague (HB) Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM). Gubernur Anies menginstruksikan kepada jajaran Pemprov DKI agar nantinya Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin menjadi refleksi perpustakaan di masa depan yang menarik minat para generasi baru untuk datang dan berkegiatan di perpustakaan.
Perpustakaan tersebut terletak di kompleks TIM, yang sekarang baru saja menjelang selesai direvitalisasi. Bagi masyarakat Jakarta, dan bahkan Indonesia, TIM adalah pusat kegiatan kesenian dan kebudayaan, harapannya keberadaan Perpustakaan yang super-keren tersebut melengkapi kekerenan TIM pasca revitalisasi. Proses revitalisasi TIM sendiri sudah berlangsung sejak tahun 2018 lalu.Â
Desain Perpustakaan bukan hanya berisi rak-rak untuk menaruh koleksi buku, melainkan menyediakan ruang-ruang dapat dikelola menjadi pusat berkegiatan bagi komunitas, bahkan anak-anak. Jadi, perpustakaan ini bukan sekadar tempat dikumpulkannya buku-buku dan literasi, tetapi juga tempat yang menghidupkan kebudayaan di Jakarta.
Momen peresmian kemarin menjadi tonggak bagi menciptakan kebaruan-kebaruan yang mendukung bertumbuhnya minat baca, kecintaan terhadap perpustakaan dan turut mendukung pertumbuhan seni budaya khususnya di Jakarta.
Untuk menggenapkan harapan itu, dibutuhkan kerja keras, konsisten, cerdas, kreatif, inovatif serta semangat kolaborasi dalam mengelola serta menafaskan perpustakaan masa depan. Tentu kerja-kerja tersebut bukanlah kerja yang enteng, tak semudah membalikkan telapak tangan. Mengingat budaya menonton, nongkrong atawa kongkow, bergunjing, main game yang sudah menjadi kebiasaan serta lebih diminati anak muda.
Dalam hal ini, kolaborasi menjadi salah satu kata kunci. Kerja keras, kerja cerdas, kreatif, inovatif dan berkelanjutan menjadi inti dari pesan yang disampaikan gubernur.Â
Tiga Faktor
Pertama, menggeliatnya aktivitas komunitas serta masyarakat seniman dan budayawan. Aktivitas tersebut rupanya bermacam, mulai dari aktivitas berdiskusi, workshop, bedah buku dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Kedua, bertumbuhnya minat baca masyarakat, baik pelajar, mahasiswa, pekerja, dan masyarakat pada umumnya yang paralel dengan jumlah kunjungan serta kartu keanggotaan perpustakaan. Mereka-mereka ini tidak hanya menjadikan sebagai ruang untuk membaca, tapi juga sebagai ruang bersilahturahmi, bertukar gagasan, riset atawa penelitian, eksperimen bahkan sebagai ruang untuk bersantai yang bisa melepas penat, jenuh dan lelah.