Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aset Sejarah Itu, Kartini

22 April 2022   04:24 Diperbarui: 22 April 2022   04:28 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya akan patah di tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia. Jalan sudah terbuka dan saya telah turut merintis jalan yang menuju kebebasan dan kemerdekaan perempuan bumiputra." 

Petikan di atas ditulis oleh Kartini kepada sahabat penanya, Rosa Manuela Abendanon-Mandri di Belanda. Perjuangan memang tak selalu berujung pada menikmati hasil, namun perjuangan itu sendiri adalah sebuah kenikmatan. 

Begitu kira-kira yang dijalankan oleh Kartini. Ia meninggal terlalu dini, pada usia 25 tahun, sebelum bisa menikmati hasil perjuangannya. Tapi baginya, kematiannya adalah kematian yang bahagia karena telah membuka jalan bagi kemerdekaan kaum perempuan, jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.

Bayangkan, di tahun awal 1900-an, bahkan sebelum kata Indonesia itu ada, seorang gadis berumur 20 tahun berani menulis protes kepada pemerintah Hindia-Belanda: meminta agar ada kesetaraan dalam pendidikan kaum bumiputera. Di saat cengkraman patriarki menyeluruh baik dalam tatanan sosial-politik, budaya, dan bahkan tafsir agama, betapa maju pemikiran dan keberanian Kartini waktu itu.
 
Pertanyaan menggelitik, di era penuh keterbukaan dan kesetaraan seperti sekarang ini, umur 20 kita sudah bisa apa? Tapi saya tak mau menjawab atau menambahkam pertanyaan di di atas. Saya hanya mau mengatakan bawah bangsa sesungguhnya Indonesia memiliki aset sejarah dan sosial luar biasa terhadap Kartini. 

Di saat bangsa-bangsa lain masih berada dalam kegelapan dalam menempatkan perempuan, bangsa kita sudah memiliki sosok-sosok perempuan pejuang. Tak cukup hanya menyebut Kartini, kita juga bisa menyebut tokoh-tokoh perempuan hebat lainnya pada zaman itu: Rahma El-Yunusiyah (sosok syekh perempuan pertama di Al-Azhar), panglima perang Malahayati, Cut Nyak Dien, dan sebagainya.

Para perempuan negeri ini disuburi oleh darah para pejuang perempuan yang berani tampil ke depan di saat bangsa-bangsa lain masih jauh dari peradaban.

Selamat Hari Kartini, selamat merengkuh kemajuan wahai para perempuan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun