Hari ini program "Entrepreneural and E-Commerce Skills in Indonesia" diluncurkan. Program ini atas kerjasama apik IRES - Indonesia Resilience (Yayasan Pemudah Tangguh) dengan SUTD (Singapore University of Technology and Design) dengan dukungan dari Lee Kwan Yew Centre for Innovative Cities dan TEMASEK Foundation, Singapura. Program utamanya akan dijalankan di Jakarta dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat bawah pasca Pendemi Covid19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir membuka, dan memberikan sambutan seputar effort yang sudah dilakukan Jakarta dalam melawan Covid19 dan kolaborasi yang digalangkan oleh semua pihak sehingga Jakarta dianggap sebagai salah satu kota yang bisa dicontoh, bukan hanya dalam soal penanganan Covid19, tetapi juga ihwal menggalang kolaborasi semua pihak untuk terlibat dan turun tangan.
Hadir dalam acara daring tersebut Prof. Chong Koon Hean (Chair of the Lee Kwan Yew Center for Innovative Cities), Benedict Cheong (Chief Executive Temasek Foundation), Harvey Neo (Senior Fellow of Singapore University of Technology and Design) serta beberapa pengurus lainnya. Dari IRES hadir Ketua Yayasan Andi Angger Sutawijaya, Direktur Eksekutif Hari Akbar Apriawan, dan Direktur Riset Nazula Zulkifli. Acara dipandu oleh Hanum Indah Shegaf.
Dalam sambutan sebagai founder yayasan, saya menyampaikan bahwa IRES lahir dari semangat kerelawanan yang dibangun melalui Gerakan TurunTangan untuk turun tangan di bidang kebencanaan. Saat terjadi bencana di berbagai daerah seperti gempa di Palu, letusan gunung Semeru, tsunami di Banten, dan sebagainya, IRES selalu hadir dengan relawan-relawannya yang sudah terlatih dan terorganisir. Saat Pandemi Covid19 memuncak di Jakarta, sebagian penyintas Covid19 yang isoman pasti familiar dengan platform Dokter Virtual, yang memberikan konsultasi gratis kepada relawan-relawan dokter via daring. Platform tersebut adalah program IRES yang didedikasikan untuk membantu para penyintas Covid19.
IRES tak hanya bergerak melakukan mobilisasi kerelawanan-kebencanaan, IRES juga bergerak dalam riset dan dokumentasi kebencanaan. Relawan-relawanIRES tak han ya turun ke lapangan membantu korban, tapi juga mengumpulkan data dan berkolaborasi dengan akademisi. Tak heran, jika program resiliensi ekonomi pasca pandemi ini juga bekerja sama dengan lembaga riset dan sebuah kampus di Singapura.
Indonesia diberkahi dengan jumlah penduduk muda yang besar, yang justru menjadi modal utama membangun negeri karena keberkahan disertai dengan tingginya semangat filantropi yang dimiliki oleh warga muda Indonesia. Laporan World Giving Index (WGI) yang dirilis oleh Charities Aid Foundation menempatkan Indonesia sebagai ranking pertama negara paling dermawan di dunia. Tak ayal, maka kita harus memanfaatkan potensi besar ini dengan membuat saluran sebanyak mungkin bagi berkembangnya kerelawanan anak muda Indonesia.[]
Baca artikel lainnya yuk:
 Realisasi Perjuangan adalah Turun Tangan, Bukan Hanya Urun Angan
 Petarung: Berani Perjuangkan Kebaikan untuk Masyarakat!
Ketua Turun Tangan Berbagi Tips Pencegahan Pelecehan Seksual terhadap Anak-anak