Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjadi Netizen Itu Hak Berwarga Negara

16 Januari 2022   09:00 Diperbarui: 16 Januari 2022   10:27 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sebetulnya tidak paham tentang sebutan netizen yang seringkali dikonotasikan negatif oleh sebagian besar orang sebagai tukang kritik, erat dengan caci maki, komentar bodoh, atau bahkan tidak beretika. Padahal sebutan netizen sendiri merupakan istilah yang netral sejak dari definisi harfiahnya.

Mungkinkah ini karena laporan Google yang menyatakan bahwa netizen Indonesia tidak sopan? Ah, rasanya sebelum laporan itu muncul pun, netizen Indonesia sudah dipersepsikan demikian. Ataukah karena polarisasi politik, sehingga kultur berkomentar netizen di dunia maya menjadi semakin buruk? Sepertinya bukan itu sebabnya.

Saya menilai bahwa pendidikan progresiflah yang memegang kunci mengenai adab lintas zaman. Apa artinya? Dulu, kita dibiasakan untuk santun berbicara terhadap siapapun lawan bicara kita. Namun, bedanya kita dimungkinkan berpindah-pindah antara dua semesta. Satu semesta nyata, satu lagi semesta maya: ya, internet itu. (Omong-omong, kita belum bicara soal metaverse, ya. :) )

Kurangnya pendidikan mengenai netiket atau etika dalam berinternet barangkali menjadi sebabnya. Coba, ada berapa orang yang tahu kalau ternyata dalam etika berinternet, kita harus menghargai waktu dan bandwidth orang lain saat sedang browsing? Atau mari kita lihat rule #8, sudah sejauh mana kita menghargai privasi orang lain saat sedang berselancar di dunia maya?

Mari telaah lebih teliti kebiasaan berdialektika di media sosial. Bijaklah dalam berkomentar dan jangan mudah marah.

Baca artikel yang lainnya disini:

Petarung: Berani Perjuangkan Kebaikan untuk Masyarakat!

Jakarta Makin Asyik, Jadi Kota Literasi Dunia

Sawah, Batu Bata dan Cita-cita Masa Kecil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun