Akhir pekan berkesempatan ziarah ke makam Raja terbesar dalam sejarah Banten Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya (1651-1683). Lokasinya di Desa Tirtayasa, Kec. Tirtayasa, Serang, Banten. Dari Jakarta bisa ditempuh lebih kurang 2 jam perjalanan melalui toll.
Pada masanya kerajaan Banten mengalami masa kejayaan, menjadi salah satu pusat perdagangan dunia sekaligus mengalami kemajuan pendidikan dan peradaban utama.
Sultan Ageng Tirtayasa anti kolonialisme, ia tak mau kompromi dengan Belanda. Ia selalu melakukan perlawanan terhadap usaha-usaha kooptasi oleh VOC Belanda.
Tapi tragis baginya, darah dagingnya sendiri yang justru mengusirnya dari istana. Di saat ayahnya gigih melawan kolonialisme, putranya Sultan Haji menjadi komprador.Â
Kolonial Belanda melakukan infiltrasi melalui konflik keluarga. Sultan Ageng Tirtayasa harus terusi dari istana oleh anaknya sendiri. Ia menyingkir ke sebuah kampung bernama Tirtayasa.
Batavia tahun 1683 hingga meninggalnya 9 tahun kemudian.
Tapi orang besar selalu tak tega melihat penindasan. Tak tega melihat perampasan Belanda terhadap pedagang pribumi, ia kembali menyusun kekuatan, melawan! Ia ditangkap oleh Belanda dan dipenjara diSejak saat itu kerajaan Banten sepenuhnya berada di bawah kekuasaan anaknya yang pro-Belanda. Tak terbayang, penindasan demi penindasan berlangsung di bawah kekuasaan yang menjadi kepanjangan tangan kaum kolonial.
Tubuh Sultan Ageng boleh saja terpanjara, tetapi jiwanya tetap merdeka. Hatinya tak pernah kecut musti harus dikalahkan oleh darah dagingnya sendiri, karena baginya kemenangan sesungguhnya berada pada kehidupan selanjutnya.Â
Jasadnya kini terkubur dalam kompleks pemakaman di desa Tirtayasa, tetapi ruhnya tetap hidup dan menghidupi kami-kami yang menziarahi kuburannya. []
Baca Juga