Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ziarah Makam Sultan Ageng Tirtayasa di Banten

4 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 4 Oktober 2021   06:07 3072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan berkesempatan ziarah ke makam Raja terbesar dalam sejarah Banten Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya (1651-1683). Lokasinya di Desa Tirtayasa, Kec. Tirtayasa, Serang, Banten. Dari Jakarta bisa ditempuh lebih kurang 2 jam perjalanan melalui toll.

Pada masanya kerajaan Banten mengalami masa kejayaan, menjadi salah satu pusat perdagangan dunia sekaligus mengalami kemajuan pendidikan dan peradaban utama.

Sultan Ageng Tirtayasa anti kolonialisme, ia tak mau kompromi dengan Belanda. Ia selalu melakukan perlawanan terhadap usaha-usaha kooptasi oleh VOC Belanda.

Tapi tragis baginya, darah dagingnya sendiri yang justru mengusirnya dari istana. Di saat ayahnya gigih melawan kolonialisme, putranya Sultan Haji menjadi komprador. 

Kolonial Belanda melakukan infiltrasi melalui konflik keluarga. Sultan Ageng Tirtayasa harus terusi dari istana oleh anaknya sendiri. Ia menyingkir ke sebuah kampung bernama Tirtayasa.

Dokpri
Dokpri
Tapi orang besar selalu tak tega melihat penindasan. Tak tega melihat perampasan Belanda terhadap pedagang pribumi, ia kembali menyusun kekuatan, melawan! Ia ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Batavia tahun 1683 hingga meninggalnya 9 tahun kemudian.

Sejak saat itu kerajaan Banten sepenuhnya berada di bawah kekuasaan anaknya yang pro-Belanda. Tak terbayang, penindasan demi penindasan berlangsung di bawah kekuasaan yang menjadi kepanjangan tangan kaum kolonial.

Tubuh Sultan Ageng boleh saja terpanjara, tetapi jiwanya tetap merdeka. Hatinya tak pernah kecut musti harus dikalahkan oleh darah dagingnya sendiri, karena baginya kemenangan sesungguhnya berada pada kehidupan selanjutnya. 

Jasadnya kini terkubur dalam kompleks pemakaman di desa Tirtayasa, tetapi ruhnya tetap hidup dan menghidupi kami-kami yang menziarahi kuburannya. []

Baca Juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun