oleh M Chozin Amirullah
Apa aman pak? Karena 'banyak' teman dan keluarga yang sudah vaksin (1 dan 2x), yang tadinya sehat, malah sakit covid dan akhirnya meninggal dunia. Kalau seandainya vaksin ini dalam jangka waktu tertentu menyebabkan sakit dan juga kematian, bagaimana tanggung Jawab Pak Anies sebagai pemimpin di hadapan Allah, karena sudah memaksa rakyatnya untuk vaksin? Begitulah, sebuah pertanyaan meluncur ke saya dari seorang elit organisasi keagamaan. Saya duga, pertanyaan itu merepresentasi keyakinan sebagian orang yang masih menolak vaksin.
Saya menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa vaksin itu bukan penolak virus, bukan obat, juga tidak membunuh virus. Jadi walaupun sudah vaksin, kalau ada virus datang yang tetap masuk. Vaksin itu cara bekerjanya melatih sistem kekebalan tubuh, agar mengenali virus corona sehingga ketika virus itu masuk tubuh sudah terlatih membuat pertahanannya. Namanya latihan, ada yang berhasil ada yang gagal. Tetapi jumlah yang berhasil jauh lebih banyak, lebih banyak orang yang sudah vaksin lalu terkena virus dan bisa bertahan tidak fatal sampai meninggal dunia. Apakah yang sudah vaksin lalu terkena virus dan tidak bertahan ada, tetapi jumlahnya amat sangat sedikit. Cuma sayangnya itu yang jadi cerita di mana-mana. Yang berhasil cenderung tidak diceritakan.
Sekali lagi, masih banyak terjadi kesalahpahaman terhadap vaksin. Inginnya kalau sudah vaksin sama sekai tidak terkena virus lagi. Padahal, vaksin itu logikanya seperti kita naik sepeda motor. Boleh naik sepedamotor ke jalan raya? Boleh, asal pakai helm. Apakah helm mencegah kecelakaan? Tidak. Apakah helm mengurani resiko cedera fatal? Ya, helm mengurangi resiko cedera fatal.Â
Jadi orang yang sudah vaksin tetap harus memenuhi standar keamanan, sebagaimana orang yang naik sepeda motor. Pengendara sepeda motor, meskipun sudah memakai helm tetap saja harus mengikuti standar protokol keselamatan dijalan. Sudah vaksin, sudah memenuhi protokol kesehatan (prokes), apakah pasti tertular virus? Jawabannya belum tentu. Masih ada kemungkinan tertular virus. Tetapi setidaknya kalau sudah vaksin tingkat fatalitasnya lebih kecil dibanding jika tidak vaksin. Â
Gubernur menganjurkan dan bahkan mewajibkan vaksin justru sebagai bentuk pertanggungjawabannya di hadapan Allah nanti. Jika di akhirat nanti Anies Baswedan ditanya, saat ada wabah virus yang mematikan ribuan orang, kamu sebagai Gubernur DKI Jakarta waktu itu berbuat apa? Maka bisa dijawab: "Saya sudah melakukan berbagai ikhtiar yang terbaik, mulai dari melakukan test, tracing, and treatment. Melalui aparat pemerintahan DKI, kami bekerja siang-malam melakukan test swab untuk mengetahui siapa-siapa saja yang terpapar, melacak siapa-siapa saja yang potensial tertular, dan menyediakan rumah sakit bagi yang bergejala. Bukan hanya itu, saya juga secara maksimal melakukan ikhtiar menyelenggarakan vaksin bagi semua warga sebagai ikhtiar untuk menciptakan imunitas warga jika terkena virus.
Coba jika pertanyaan itu diajukan kepada Gubernur yang saat ada wabah mematikan di dunia tidak melakukan apa-apa? Sulit menjawabnya bukan? Mau jawab saya menolak vaksin? Pasti akan ditanya lagi, apa ikhtiarnya untuk mencegah banyaknya jumlah kematian dari ummat-mu? Vaksin adalah bagian dari ikhtiar. Tidak ada yang sempurna dari ikhtiar manusia, tetapi setidaknya sudah melakukan usaha terbaik untuk mencegah terjadinya kemudharatan yang lebih massif. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H