Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Sopir Bus AKAP Kala Pandemi Covid-19

8 Mei 2020   01:09 Diperbarui: 22 September 2021   17:07 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Djumandi (50) sopir bus AKAP (antar kota antar provinsi) hanya bisa merenung di sebuah agen bus di Kota Depok. Ia merenung karena Ramadan ini seharusnya panen penumpang yang mudik lebaran, tapi malah sebaliknya. Musim lebaran tahun ini menjadi momen pahit baginya dan keluarganya.

"Seharusnya Ramadan ini kita panen. Tapi terbalik, mau pulang juga gak bisa, di sini kami kelaparan, " kata Djumadi sebagaimana dikutip idntimes(dot)com (5/5/2020).

Di musim pandemi #corona ini, tidak berlaku lagi apakah Anda dikubu pendukung atau kubu penentang? Semua terkena dampaknya. Virus tak kenal politik, meski manusia selalu gaduh oleh urusan politik. Dan lapis masyarakat paling bawah, yang ekonominya mengandalkan penghasilan harian adalah yang paling menderita terkena.


Contohnya sopir angkutan umum di atas, perlawanan semesta terhadap common enemy bernama # Covid19 itu mensyaratkan physical distancing, #JagaJarak. Hindari! Sebab manusia modern yang hidup dengan teknologi modern ini pun belum mampu menemukan teknologi penumpasannya. Akhirnya gunakan cara paling kuno, hindari dengan jaga jarak. Termasuk  hindari dengan membatasi bepergian, batasi pergerakan angkutan.

Konsekuensinya, keluarga-keluarga yang menggantungkan hidup dari pergerakan ekonomi di sektor ini kalang-kabut, terancam tidak makan atau paling tidak hidup dengan cara berhutang.

Adalah kita, jika diantara kita ada yang kelebihan rizki. Jika diantara kita, yang sebenarnya terdampak, tapi tak separah mereka, tak semestinya tinggal diam. Sudah selayaknya kita turun tangan untuk mereka.

Caranya? Patungan! Iya, kita bisa #patungan bersama. Sedikit-sedikit tapi banyak orang, akan signifikan buat mereka. Mari kita rame-rame berbuat kebaikan untuk mereka.

Yakinlah, alam memiliki fisikanya yang pasti: ia akan mencatat setiap usaha kebaikan yang kita keluarkan dan resultannya kembali ke kita pada saat yang tepat. Percayalah, setiap kebaikan yang kita tebarkan tak akan pernah sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun