"Sambil menunggu waktu berbuka, ngabuburit ke Ciputat, ketemu dengan anak-anak muda yang lagi berkumpul memikirkan Saudara-saudaranya yang belum beruntung dalam pendidikan,..... Keren gak sich?Â
Keren bangeeet !"
Di sebuah halaman SD swasta yang sangat sederhana, SD Ruhul Amin di daerah Ciputat, anak-anak muda itu berkumpul. Tanpa atap, tanpa dinding, kursinya pun menggunakan kursi-kursi kayu sederhana yang dikeluarkan dari kelas. Hanya sound system saja yang terlihat diset dengan bagus. Acara outdoor kalau sound gak bagus maka suara tidak akan terdengar optimal oleh audiens. Akan kalah dengan suara knalpot motor yang lalu-lalang di jalan yang cukup ramai itu.
Rata-rata masih usia anak kuliahan, di kampus UIN Syarif Hidayatullah dan sekitarnya. Jumlahnya sekitar 70-an. Saya diundang atas nama Pemerintah, atas nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Selain membuka acara, juga didapuk jadi salah satu pembicara. Cie-cie,...atas nama pemerintah nich ye,.....! Dua tahun lalu, saya juga seperti mereka bukan? Suka ngumpulin anak-nak muda, bikin acara-acara yang bersifat kerelawanan. Waktu itu belum menjadi aparatus pemerintah. Makanya, ini seperti flashback aktivitas saya sebelum di pemerintahan.
Mereka adalah relawan Gerakan Banten Mengajar (GBM), calon-calon pengajar yang akan dikirimkan ke sekolah-sekolah sekitar wilayah Banten. Tertera dalam wesbitenya www.bantenmengajar.org, GBM adalah "gerakan dan usaha untuk mengajak semua pihak untuk ambil bagian menyelesaikan masalah pendidikan di Banten. Cita-citanya adalah terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah dan tugas konstitusi setiap warga Negara."
Meski lokasi hanya beberapa kilometer dari Jakarta, masih banyak juga desa-desa di wilayah Banten yang kondisinya masih terbelakang. Setidaknya, itulah salah satu komentar dari salah satu calon peserta asal Kabupaten Lebak. Sayapun iseng-iseng membuka web Neraca Pendidikan Daerah (NPD) dari hp, www.npd.data.kemdikbud.go.id. Web itu ini belum lama, didesain oleh Kemdikbud untuk memberikan data-data terkait dengan data-data pendidikan daerah-daerah seluruh Indonesia. Tujuannya agar semua stakeholder pendidikan tahu kondisi riil pendidikan di daerahnya masing-masing sehingga nantinya bisa menjadi bekal dalam bergerak.
Rupanya, dari sisi anggaran, meskipun nampak sebagai provinsi yang kaya, tetapi dari keberpihakannya pada pendidikan masih sangat rendah. Terbukti, anggaran pendidikan untuk pendidikan hanya 2% lebih sedikit. Demikian juga ketika saya buka anggaran di Kabupaten Lebak (salah satu Kabupatan yang akan dituju), anggaran pendidikannya masih sangat rendah, pada kisaran 2% juga. Bukankah amanah Undang-undang mustinya minimal 20%? Jika dihitung perkapita anak usia didik, setiap anak di sana dalam satu tahun mendapatkan alokasi tidak lebih dari 190 ribu rupiah. Dari postur anggaran yang seperti ini, bisa dipahami jika pendidikannya masih belum maju. Tentu, anggaran bukan satu-satunya jalan. Keterlibatan secara meluas semua elemen baik pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha juga menjadi kunci dalam kemajuan pendidikan.
Mereka akan diterjunkan dua minggu di lokasi, tetapi proses pembinaannya bisa sampai satu bulan. Pertemuan tadi sore juga merupakan bagian dari proses itu, proses seleksi. Biasanya di awal memang pendaftarannya ratusan, tetapi nanti pada pelaksanaanya, yang berangkat hanya puluhan. Jadi ini lebih merupakan proses perkaderan, saya pikir. Komunitas ini mengajak anak-anak muda untuk tidak individualis, tetapi memikirkan sesama.
Sekali lagi, ini keren banget, dikala sekarang anak-anak muda kota banyak yang hidup hedonistik, masih banyak anak-anak yang peduli dengan orang lain dan memikirkan kemajuan bangsanya di masa yang akan datang. Tentu GBM tidak sendiri, yang lainnya banyak dan yang masih akan bertumbuhan lagi.
Video acara di link ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H