Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekilas Pengalaman Beasiswa Luar Negeri

22 Mei 2014   22:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:13 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada beberapa lembaga pemberi beasiswa dari luar negeri. Untuk yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika, lembaga-lembaga seperti Fulbright, Ford Foundation, General Electric, dan sebagainya merupakan beberapa contoh lembaga yang selalu membuka lowongan beasiswa tiap tahun. Jika ingin melanjutkan pendidikan ke Australia ada AUSAID, sementara jika ingin ke Eropa ada Cavening, DAAD, dan sebagainya.

Di Indonesia lembaga-lembaga seperti IIEF (the Indonesian International Education Foundation), AMINEF (the American-Indonesian Exchange), British Council, STUNED dan sebagainya merupakan lembaga-lembaga yang menjadi pusat informasi beasiswa ke luar negeri. Selain itu kantor-kantor kedutaan masing-masing negara juga merupakan sumber informasi yang tepat untuk mencari beasiswa di luar negeri.

Sebenarnya masih ada cara ketiga untuk bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri, yaitu kuliah sambil bekerja. Untuk membiayai kuliahnya, mahasiswa bekerja di kampus atau tempat-tempat lainnya. Namun hal ini sulit dilakukan oleh mahasiswa yang baru datang. Artinya, akan sulit bagi mahasiswa Indonesia yang ingin langsung kuliah sambil bekerja di luar negeri, karena pasti akan sulit perizinannya.

Mahasiswa yang mebiayai kuliahnya dengan bekerja, pada awalnya biasanya bukan mahasiswa bekerja. Awal-awal kuliah biasanya masih dibiayai oleh keluarganya atau lembaga pemberi beasiswa. Setelah beberapa tahun kuliah, barulah yang bersangkutan mencari pekerjaan untuk membiayai kuliahnya. Di kampus, biasanya sebagai  tenaga pengelola perpustakaan, pelayan di kantin, dan tenaga administrasi. Sebagian dari mereka juga ada yang menjadi asisten pengajar di jurusannya masing-masing. Istilah untuk pekerjaan ini adalah teaching assistant (TA). Sebagian lagi bekerja di toko dan restoran di sekitar kampus.

Bicara soal kuliah sambil bekerja, rata-rata mahasiswa Amerika justru melakukan itu. Budaya mandiri Amerika mengarahkan anak-anak muda Amerika untuk mulai tidak tergantung dengan orang tuanya sejak dini. Rata-rata teman-teman Amerika-ku sudah mulai bekerja pada usia 18 tahun (lulus SMA). Mereka bekerja apa saja, mulai dari pelayan toko, tenaga administrasi, pelayan restoran, dan sebagainya. Oleh karena itu begitu masuk kuliah, mereka rata-rata sudah membiayai kuliahnya sendiri. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun