Nama: Chotyah Maretania Khasanah
NIM: 1615142077
Fakultas : FIP
Jurusan: PG. Paud
Mendikbud mengatakan bahwa Indonesia jumlah jam pelajarannya masih jauh tertinggal yaitu 6000 jam/thn dibandingkan Negara-negara maju berpendapatan tinggi Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), seperti Australia yang memiliki jam pelajaran mencapai hampir 8000 jam/thndan Israel, Belanda, Itali, Spanyol, Perancis, Inggris, dan Jepang yang memiliki jam pelajaran diatas 7000 jam/thn. Hal ini wajar terjadi di Indonesia karana Indonesia memiliki waktu yg singkat, berbeda dengan misalkan jerman. Di Jerman matahari terbit pukul 05.30 dan terbenam pukul 20.30 sedangkan di Indonesia matahari terbit pukul 06.00 dan terbenam pukul 18.00.
Di sisi lain penambahan jam pelajaran akademik di sekolah kurang efisien karena akan menimbulkan kejenuhan pada anak. Dari kejenuhan itu anak akan sulit menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru sedangkan pada anak yang terlalu “kutu buku” cenderung sosialisasi di masyarakatnya kurang.
Penambahan jam pelajaran di sekolah bukankarena untuk mengatasi keluhan dari para guru yang kekurangan jam mengajar. Karena di Indonesia tenaga guru masih sangat sedikit dibandingkan dengan Jepang , korea dan Finlandia. Jadi tidak mungkin guru kekurangan jam mengajar , karena secara otomatis guru akan merekap banyak pelajaran disekolah.
Perbedaan banyak murid dalam satu kelas merupakan factor dari biaya. Di Indonesia jumlah murid dalam satu kelas sekitar 30-40 siswa sehingga proses belajar mengajar kurang kondusif. Berdeda dengan jepang, korea dan firlandia yang dalam satu kelasnya hanya ada kelompok kecil.
Solusi saya untuk pendidikan di Indonesia : prestasi sekolah tidak hanya di lihat dari segi akademik tetapi juga dari segi non akademik seperti kegiatan ekstrakulikuler. Jadi penambahan jam pelajaran disekolah lebih baik di akumulasikan ke kegiatan ekstrakulikuler, karena kegiatan tersebut tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi mengajarkan tentang pentingnya berorganisasi , berkomunikasi dengan masyarakat luas dan menggali potensi diri lewat kreatifitas yang tidak akan di dapat dalam pelajaran akademik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H