Mohon tunggu...
Chotyah Maretania Khasanah
Chotyah Maretania Khasanah Mohon Tunggu... -

edukasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendikbud: Penambahan Jam Belajar untuk Memangkas Ketertinggalan

21 Agustus 2014   02:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Nama: Chotyah Maretania Khasanah

NIM: 1615142077

Fakultas      : FIP

Jurusan: PG. Paud

Mendikbud mengatakan bahwa Indonesia jumlah jam pelajarannya masih jauh tertinggal yaitu 6000 jam/thn dibandingkan Negara-negara maju berpendapatan tinggi Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), seperti Australia yang memiliki jam pelajaran mencapai hampir 8000 jam/thndan Israel, Belanda, Itali, Spanyol, Perancis, Inggris, dan Jepang yang memiliki jam pelajaran diatas 7000 jam/thn. Hal ini wajar terjadi di Indonesia karana Indonesia memiliki waktu yg singkat, berbeda dengan misalkan jerman. Di Jerman matahari terbit pukul 05.30 dan terbenam pukul 20.30 sedangkan di Indonesia matahari terbit pukul 06.00 dan terbenam pukul 18.00.

Di sisi lain penambahan jam pelajaran akademik di sekolah kurang efisien karena akan menimbulkan kejenuhan pada anak. Dari kejenuhan itu anak akan sulit menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru sedangkan pada anak yang terlalu “kutu buku” cenderung sosialisasi di masyarakatnya kurang.

Penambahan jam pelajaran di sekolah bukankarena untuk mengatasi keluhan dari para guru yang kekurangan jam mengajar. Karena di Indonesia tenaga guru masih sangat sedikit dibandingkan dengan Jepang , korea dan Finlandia. Jadi tidak mungkin guru kekurangan jam mengajar , karena secara otomatis guru akan merekap banyak pelajaran disekolah.

Perbedaan banyak murid dalam satu kelas merupakan factor dari biaya. Di Indonesia jumlah murid dalam satu kelas sekitar 30-40 siswa sehingga proses belajar mengajar kurang kondusif. Berdeda dengan jepang, korea dan firlandia yang dalam satu kelasnya hanya ada kelompok kecil.

Solusi saya untuk pendidikan di Indonesia : prestasi sekolah tidak hanya di lihat dari segi akademik tetapi juga dari segi non akademik seperti kegiatan ekstrakulikuler. Jadi penambahan jam pelajaran disekolah lebih baik di akumulasikan ke kegiatan ekstrakulikuler, karena kegiatan tersebut tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi mengajarkan tentang pentingnya berorganisasi , berkomunikasi dengan masyarakat luas dan menggali potensi diri lewat kreatifitas yang tidak akan di dapat dalam pelajaran akademik.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2014/08/16/12042791/Mendikbud.Penambahan.Jam.Belajar.untuk.Memangkas.Ketertinggalan


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun