Pada mulanya, manusia diciptakan oleh Tuhan. Manusia itu diberikan kelebihan, berupa akal untuk hidup dan berpikir. Tuhan, memberikan mereka tempat tinggal di bumi, bahkan mereka diciptakan murni untuk hidup di tempat itu. Tuhan dengan kehendaknya, menciptakan manusia dengan segala kelebihan, sampai-sampai mahkluk lain iri padanya.
Sejak manusia itu diciptakan, ia diberikan akal untuk berfikir. Tentang rasionalisasi segala bentuk kehidupan, kecuali kepercayaan terhadap Tuhan. Mereka harus percaya tanpa harus mengandalkan akal saja, bahkan ada situasi cukup intuisi yang mengenali nya, intuisi inilah nantinya yang dikenalkan sebagai keimanan. Manusia memahami, diberikan pemahaman lebih tepatnya. Bahwa segala selain Tuhan itu punya cara untuk dikenali, informasi untuk mengenali sesuatu itu disebut manusia sebagai pengetahuan, Dan manusia perlu cara untuk saling berkomunikasi dengan manusia yang lain atau dalam lingkup masyarakat yang disebut wawasan budi luhur.
Wawasan budi luhur adalah cara pandang manusia tentang bagaimana harus berfikir, bertutur kata, bersikap, dan berperilaku  sebaik mungkin terhadap segala sesuatu yang menyangkut dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan manusia memahami wawasan berbudi luhur, manusia akan bermanfaat untuk manusia yang lain dan bersyukur dengan tuhannya atas apa yang sudah diberikannya.
Sedangkan informasi untuk mengenal dan mengetahui tuhan itu disebut sebagai keimanan. Iman dan pengetahuan dimiliki manusia, bahkan mereka bisa membagi itu semua. Pengetahuan bisa saling terberi dan diterima secara metodologi maupun secara spekulasi. Sedangkan, iman hanya dikenali, dipercayai dan taati saja segala bentuk dan eksistensi nya. Keimanan dan pengetahuan berfokus dengan bagaimana hubungan manusia dengan tuhan sedangkan wawasan budi luhur berfokus dengan bagaimana cara pandang manusia untuk berfikir, bertutur kata, bersikap, dan berperilaku  sebaik mungkin terhadap segala sesuatu yang menyangkut dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia besar, tumbuh dan maju dengan perkembangan peradaban. Tetapi, memegang keimanan, pengetahuan, dan wawasan budi luhur dalam perjalanan kehidupan, manusia terus-menerus mencari kebenaran, sampai tanpa titik tidak ada yang menemukan. Bahkan pengetahuan manusia itu menyeluruh, tidak terbata-bata pada segala sesuatu yang masih diruang pengetahuan. Karena, manusia memahami satu postulat utama, mereka berfikir dan mereka ada (cogito ergo sum).
Segala bentuk fikiran sebagai sebutan pengetahuan hadir mengandalkan rasio atau akal. Tuhan sendiri menghendaki, pengetahuan manusia dipergunakan untuk hidup, mengenali dunia dan memahami keberadaan Tuhan. Dan juga dengan memahami wawasan budi luhur manusia menjadi memahami arti hidupnya didunia dan bermanfaat untuk orang lain atau masyarakat.
Manusia diberikan akal, bisa saja masuk kedalam segala ranah ruang dan waktu. Karena, pengetahuan adalah cara manusia untuk tetap disebut manusia. Berfikir adalah cara manusia untuk eksis, manusia menyadari semua itu. Mereka layak melangkah dalam rentetan pengalaman yang kompleks, eskalasi atas pengetahuan selalu ada dalam statik tertinggi, sehingga manusia menjadi puncak peradaban kehidupan di muka bumi. Serta nilai nilai dalam budi luhur perlu ditingkatkan oleh manusia seperti olah pikir ( cerdas, kreatif, inovatif), olah raga (tangguh, tanggung jawab), olah rasa (perduli, cinta kasih, suka menolong, toleransi, sopan santun), dan olah hati (jujur sabar, rendah hati) agar menjadi pedoman dalam kehidupan khususnya kehidupan bermasyarakat sehingga bermanfaat untuk orang lain.
Pengetahuan membuat manusia berkuasa, dengan pengetahuan manusia mengenali semuanya. Tapi batas-batas pengetahuan adalah batas yang disebut dalam fisika, maupun dalam ruang hipotesis adalah bagian kosmologi dan quantum. Namun melampaui fisika, atau panggilan konsep itu sebagai metafisika, maka itu tidak bisa diperoleh sebagai ilmu pengetahuan. Sebab tidak ada metodologi untuk menjelaskan dan mengukur metafisika sebagai ilmu pengetahuan. Namun hanya sekedar menjadi sekumpulan informasi serba spekulasi, ada toleransi sebatas saja diberikan. Namun lebih banyak mengelola adalah keimanan, konsep ini menandakan percaya saja dengan ukuran Tuhan yang menghendaki. Hanya ada penerimaan dan kepercayaan atas segala sesuatu berkenaan dengan metafisika. Dalam konsep keimanan, Tuhan tidak perlu bukti. Iman bukan menunjukkan bukti, melainkan menerima sejati atas keterbatasan pengetahuan manusia. Iman adalah puncak yang akal tidak mampu melampauinya, karena didalamnya terlalu abstrak dan tak ada metode-metode yang menggapainya. Selain keimanan kepada tuhan, manusia juga sebagai makhluk social harus berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat dengan memegang teguh nilai nilai kebudi luhuran.
Keimanan, pengetahuan dan  wawasan budi luhur adalah tiga hal yang harus hadir dalam diri manusia, dan secara khusus bersamaan melekat dalam manusia. Bahkan, mereka secara spesial diberikan oleh Tuhan sebagai bentuk pembeda dengan makhluk lainnya dan menjadi pedoman untuk hidup bermasyarakat dengan nilai kebudi luhuran. Pengetahuan adalah informasi fisik dalam memahami dunia, dan iman adalah keyakinan dalam segala hal atas penciptaan dunia, serta wawasan budi luhur sebagai nilai yang harus dipegang dalam hidup bermasyarakat. Sehingga ketiganya perlu untuk ada, tidak hanya memilih pengetahuan, karena pengetahuan tanpa keimanan dan budi luhur hanya tentang pengetahuan rumah saja dan bisa berbuat kejahatan. Dan keimanan tanpa pengetahuan dan budi luhur adalah kondisi kekosongan di alam semesta dan bisa memicu hal yang tidak baik. Sehingga ketiganya harus dimiliki di duna ini untu mengenali, mengetahui dan meyakini keterbatasan manusia, lalu menerima bahwa segala bentuk ciptaan adalah kehendak Tuhan dan memahami bahwa nilai nilai wawasan budi luhur sangat diperlukan sebagai pedoman hidup di lingkup masyarakat.
Karena saat ini dizaman yang modern ini, keimanan, pengetahuan, dan wawasan budi luhur sangat diperlukan umtuk menjadi pedoman hidup tidak hanya hubungan manusia dengan tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan manusia yang lain atau dalam bermasyarakat. Sehingga jika manusia sudah memiliki pedoman hidup yang baik, maka manusia akan bermanfaat untuk manusia yang lain dengan menerapkan konsep wawasan budi luhur dan bersyukur dengan keimanannya atas apa yang sudah diterimanya.