Mohon tunggu...
cholili irawan
cholili irawan Mohon Tunggu... Konsultan - senior

Pensiunan BUMN yang mencari kesibukan dengan membaca dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Sekali Lagi Kereta Cepat

22 Januari 2016   21:34 Diperbarui: 22 Januari 2016   21:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kereta Cepat Bandung Jakarta yang bernilai US$5.5 setelah beberapa lama silang pendapat atas proyek tersebut secara resmi dilakukan Ground Breaking, Proyek kerjasama antara konsorsium China dan Indonesia dengan komposisi 40 % pihak China dan 60 % pihak Indonesia yang diwakili oleh konsorsium beberapa BUMN akan melakukan Pembangunan jalur kereta sepanjang 142,3 Km dengan 4 buah stasiun sepanjang jalur tersebut, yang dimulai dari Halim Karawang, Walini, sampai Stasiun terakhir di Tegalluar.

Pada awalnya Waktu Jonan masih Dirut PT KAI menolak untuk membangun kereta tersebut yang lebih panjang yaitu antara Jakarta Surabaya, Jonan beralasan uangnya lebih baik untuk membangun dan meningkatkan kereta yang ada, sementara sekarang hanya menghubungkan Jakarta dan Bandung yang sudah mempunyai sistim transportasi darat yang baik berupa jalan raya dan Kereta serta transportasi Udara, sementara Kereta cepat yang dibangun akan memiliki tarif yang cukup tinggi yaitu antara 200.000 – 250.000 yang tentunya akan bersaing dengan transportasi yang sudah ada dengan tarif yang jauh lebih murah, untuk perbandingan transportasi Travel yang populer saat yang berkisar 100.000. Akankah kareta cepat bertahan pengoperasiannya, mungkin masih perlu pembuktian.

Kehadiran KA Cepat ini yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan kawasan-kawasan baru, terutama di sekitar stasiun, juga agak diragukan karena daerah tersebut saat ini sudah terhubung dengan jaringan jalan yang ada, Peningkatan angkutan yang dibutuhkan saat ini adalah kereta logistik pembawa barang dari daerah sentra industri ketempat pendistribusian diseluruh pelosok P Jawa dan Pulau lain di Indonesia.

Dilihat dari komposisi modal 60 % dipihak Indonesia yang dipikul oleh BUMN maka situasi ini akan menjadi beban bagi Indonesia, karena Proyek tersebut dari kaca mata awan tidak visible secara ekonomi, dan karena BUMN merupakan tulang punggung pemerintah dalam pendapatan negara,dikhawatirkan setoran deviden kepada Pemerintah akan menurun, belum lagi pihak Cina tidak akan lepas tangan begitu saja bila proyek tersebut mengalami kerugian

, dihawatirkan Pemerintah akan terpaksa memberikan subsidi untuk tetap berlangsungnya pengoperasian kereta cepat tersebut ( semoga ini tidak terjadi),
Kehadiran KA Cepat yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan kawasan-kawasan baru, terutama di sekitar stasiun, agak diragukan karena daerah tersebut saat ini sudah terhubung dengan jaringan jalan yang ada, sementara Peningkatan angkutan yang dibutuhkan saat ini adalah kereta logistik pembawa barang dari daerah sentra industri ketempat pendistribusian diseluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun