Islam dan kebudayaan merupakan dua kesatuan yang tidak bisa dipisahkan di dalam Asean khususnya di Indonesia. Kebudayaan dan islam bisa dianalogikan seperti wadah dan isi karena sejatinya islam masuk di Indonesia tidak dengan cara kekerasan melainkan dengan cara pendekatan emosial, dengan memahami unsur kebudayaan dari mayarakat Indonesia itu sendiri khususnya di pulau jawa.Â
Islam yang berada di Indonesia merupakan hasil dari proses dakwah yang dilaksanakan secara kultural, dari hati ke hati. Â Sehingga Islam di Indonesia, mampu berkembang dan menyebar serta banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia dalam waktu yang cukup singkat dan bisa di mengerti secara sederhana melalui sistem dakwah dengan menggunakan pewayangan, bait lagu dan sebagainya Karena sebelum kehadiran Islam di Indonesia masyarakat Indonesia telah menganut agama hindu budha dan kepercayaan lainnya.Â
Agama dan kebudayaan merupakan simbol dan nilai, jika agama merupakan simbol ketaatan kepada Tuhan maka kebudayaan merupakan sebuah tindakan atau karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupan. Namun seiring berjalannya waktu ditambah dengan era modern seperti ini, kebudayaan yang menjadi simbol kearifan lokal yang didalamnya terdapat nilai-nilai keislaman perlahan-;lahan mulai luntur. Sebut saja wiwitan di sawah, keafiran yang begitu erat dipegang oleh petani sebelum memulai panen padi. Wujud rasa syukur kepada Allah swt atas segala nikmat dan karunia yang telah di berikan.Â
Banyak yang menganggap hal ini sebagai hal yang kuno, ketinggalan zaman dan musrik, tentu hal ini sangat bertentangan sekali karena pada dasarnya di dalam wiwitan itu sendiri kita mewujudkan rasa terimakasih kita kepada Allah melalui perantara doa-doa yang dipanjatkan dengan cara/adat kita sendiri. Apakah hal semacam ini bisa dikatakan kuno ataupun musrik? Tentu tidak. Ini adalah wujud nyata korelasi antara agama islam dengan kebudayaan di kehidupan sekitar kita yang harus tetap kita jaga kelestariannya.Â
Kita menunut ilmu boleh sampai ke negeri Cina, tetapi jika sudah kembali ke masyarakat kita harus memahami kebudayaan yang ada di sana. Sebagai seorang mahasiswa khususnya pemikir politik islam, kita harus bisa menyerap, memikirkan, dan mengaplikasikan segala ilmu yang sudah diberikan di perkuliahan selama ini. Harus bisa menyelaraskan antara islam dengan kebudayaan yang semakin memudar di telan zaman dan yang terpenting harus bisa menjadi pelopor penggerak di masyarakat dalam memperjuangkan dakwah yang dilakukan oleh pendahulu dengan metode yang diterima oleh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H