“Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia, dan Engkau selalu memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.”
Ketika menulis artikel ini, disadari ternyata kita sudah menjalankan puasa selama 14 hari. Bagi para pencinta Ramadhan, rasanya masih sayang untuk mengakhiri Bulan Ramadhan dalam 15 hari ke depan. Ada sesuatu yg bakal berlalu seperti perginya kekasih yg berangkat jauh, dan 11 bulan lagi baru kembali.
Namun bagi yg ‘alergi’ Ramadhan, nuansanya akan berbeda. Maunya Ramadhan cepat-cepat berlalu agar bisa hidup ‘normal’ lagi menjalankan aktivitas tanpa dikekang hawa nafsu. Maunya cepat-cepat Lebaran agar bisa merayakan hari kemenangan. Padahal hari kemenangan (hari Lebaran) sejatinya lebih ditujukan kepada orang-orang yg telah menjalankan Puasa dengan sempurna.
Lalu seperti apa sebenarnya kesempurnaan ibadah Ramadhan tsb bisa kita jalankan? Apa yg ingin kita gapai dengan perjuangan menahan nafsu selama sebulan ini?
Banyak para Ustadz yg sudah membahas bagaimana menjalankan Ibadah Puasa yg baik, mulai dari adab Sahur, aktivitas di siang hari, adab berbuka, hingga ibadah malam hari (Qiyamul Lail). Intinya kita diajarkan untuk mengendalikan diri dari segala hal yg dilarang Allah selama Ramadhan.
Lalu apa yg ingin kita capai dengan pengendalian diri tsb? Ridho Allah dan Surga-NYA. Kema’afan Allah dan Ampunan-NYA.
Karena sesugguhnya tidak ada yg bisa menjamin puasa kita bakal diterima selain karena Ridho Allah dan Ampunan-NYA.
Harus kita akui kadang selama sebelas bulan sebelumnya pengendalian diri (thdp hawa nafsu) seakan tidak sekuat ketika bulan Ramadhan. Mungkin ini disebabkan karena tebalnya godaan hidup duniawi dan ’suasana’ yg tidak membawa kita syahdu seperti dalam bulan Ramadhan.
Kita jarang menghitung (mungkin juga tidak pernah) berapa banyak dosa dan pahala yg telah kita kumpulkan. Kita tidak pernah menimbang-nimbang apakah dalam 11 bulan lalu kita sudah banyak melakukan kebaikan atau keburukan. Atau sudahkah rasa optimisme kita terhadap hidup dan Kebesaran Allah kita sematkan dalam hati?
Sungguh jika kita mau menghitung-hitungnya, tentu akan ditemui lebih banyak ‘dosa’ dan ‘kekurangan’ yg telah kita semaikan. Akibatnya, jika sangkakala telah ditiup, tentu kita akan memetik ‘penyesalan’ selama-lamanya di kehidupan abadi. Kecuali sebagian hamba Allah yg istiqomah dalam hidup dan sadar betul arah tujuan yg akan ditempuh.
Untuk memberikan kesempatan kepada hamba-NYA yg mau bertobat, Allah menyediakan 1 bulan agar kita mau membersihkan diri dari segala noda dan dosa. Sungguh rugi jika kita telah diberikan kesempatan memperbaiki diri, ternyata tidak dimanfaatkan atau disia-siakan.