Mohon tunggu...
Choky Wijaya
Choky Wijaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Murid SMP biasa yang suka membaca buku dan biologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Payung dan Hujan

2 Oktober 2024   18:25 Diperbarui: 2 Oktober 2024   18:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Malam itu, hujan turun dengan sangat deras, seakan-akan langit sedang menangis. Rasanya amat hampa saat itu, hujan tanpa pesan darimu. Aku merasa seperti sebuah payung dan kau adalah air hujan, payung yang menunngu hujan untuk turun dan mulai menari dengan riak air hujanmu.

      Hujan membuatku merasa dekat denganmu, aku selalu menatap langit dan menunggu hujan turun. Semakin kudengar suara rintik hujan, aku semakin rindu padamu. Aku menyesal saat itu, membuatmu kesal hingga meninggalkanku dikala hujan turun, hal itu selalu terpikir di benakku.

      Namun, layaknya hujan yang selalu menampakkan pelangi setelahnya, kita telah menemukan kebahagiaan kita masing-masing, walau bukan perpisahan yang kumau untuk akhir cerita kita, namun sekarang kau tampak lebih bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun