Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pungli, Oh... Pungli

14 Oktober 2016   19:01 Diperbarui: 14 Oktober 2016   19:17 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : RMOL.co

Kemarin ada berita yang menarik seputar OTT pungli yang dilakukan oleh polisi di Kemenhub. Isu pungli adalah isu yang biasa, karena jauh sebelum internet ditemukan pun, pungli adalah hal yang lumrah dilakukan masyarakat yang sudah terbiasa dengan pungli. Bahkan sebagian  masyarakat malah takut berurusan kalau tidak ada punglinya, karena takut akan kena tumbal :-)

OTT pungli ini menarik perhatian masyarakat disebabkan oleh dua hal:

Pertama, karena begitu dideklarasikan oleh Jokowi, beliau sendiri langsung “menghadiri” OTT tersebut dengan Kapolri. Biasanya KPK lah yang melakukan OTT yang melibatkan uang.

Polisi biasanya melakukan OTT Narkoba, sedangkan Satpol PP biasanya melakukan OTT Perselingkuhan, Banci atau bisnis “esek-esek”

Kedua, duo serigala eh duo wakil ketua DPR itu, kompakan mengkritisi kehadiran Jokowi atas OTT tersebut. Mereka menganggap Jokowi “kurang kerjaan” karena nilai pungli itu hanya sedikit sekali (puluhan juta rupiah)  

Untuk ukuran kelas Kabupaten atau bahkan Kecamatan pun, jumlah segitu itu terasa kecil.

Jadi Presiden tidak pantas mendatangi “tekape” kecuali memang kalau mereka itu hendak “memunglikan” gedung Kemenhub!  Itu juga bukan karena nilai gedungnya itu sendiri, akan tetapi lebih kepada pertimbangan, sekiranya gedung itu akan dipunglikan, lantas dimana nantinya Menteri Perhubungan akan ngantor?

Duo wakil ketua DPR itu takut kalau berita tersebut sampai terdengar oleh negara tetangga atau PBB, karena berita itu pasti akan mempermalukan posisi negeri yang sudah terkenal “kepungliannya” ini dalam pergaulan internasional. Menurut duo wakil ketua DPR itu, biarlah masalah pungli uang receh segitu diurus oleh Lurah atau sekelas staff kepala seksi saja.

Dengan demikian, posisi kita sebagai negara “terkorup dan terpungli” di seantero jagad akan tetap aman dalam dekapan. Memang prestasi olahraga, swasembada pangan dan ekonomi kita itu sudah lama terjungkal. Akan tetapi dalam perilaku ahlak yang buruk, kita bolehlah  berbangga hati dalam pergaulan internasional. Seperti sayur tanpa garam, demikianlah perikehidupan kita. kalau tidak ada korupsi dan pungli, “hidup gak rame!”

***

Itulah sebabnya presiden Jokowi menganggap kehadirannya pada OTT itu sangat penting, karena akan menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia. Jokowi ingin menyadarkan seluruh masyarakat Indonesia, bahwa pungli itu sangat buruk akibatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun