Isu status dwi kewarganegaraan Arcandra Tahar merebak dengan cepat seperti api yang membakar ilalang disiang hari. Update status teranyar, Arcandra Tahar ahirnya diberhentikan dengan hormat sebagai Menteri ESDM setelah 20 (dua puluh) hari bekerja.
Ada yang mengatakan kini Arcandra Tahar menjadi stateless. Salah satu alasan penyebab seseorang kehilangan kewarga negaraan USA-nya, adalah menerima jabatan di pemerintahan negara lain (dalam hal ini Indonesia)
Saya ingin melihat isu Menteri ESDM ini dari beberapa aspek pendekatan pragmatis dari luar, karena kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Aspek-aspek itu meliputi antara lain,
- Kedudukan Jokowi sebagai presiden
- Tarik menarik dalam Dinamika politik di Tanah air
- Posisi strategis kementerian ESDM
- Kondisisi Indonesia terkini
- Strategi yang dipakai dalam menjalankan roda pemerintahan
1. Kedudukan Jokowi sebagai presiden
Kita patut mengancungi jempol untuk keberhasilan Jokowi didalam kancah dunia politik. Dimulai dari sejak menjabat walikota Solo, Gubernur DKI, lalu kemudian menjadi presiden RI!
Ketika dia berhasil menjadi Gubernur DKI dengan mengalahkan petahana, itu sudah merupakan langkah fenomenal, mengingat hampir tidak ada warga DKI yang mengenalnya sebelumnya.
Tetapi patut diingat, bahwa keberhasilan Jokowi itu merupakan buah dari suatu strategi jituyang mampu membangun suatu “image yang kuat” dan mencaridukungan dari banyak pihak.
Jokowi mampu berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mencapai suatu keberhasilan. Tentulah dalam hal itu Jokowi harus banyak mengalah dan berkorban perasaan, karena dia sadar, tanpa dukungan dari banyak pihak, dia tidak akan mampu mencapai suatu keberhasilan.
Karena kapabilitas dan sikapnya yang santun, Jokowi diterima oleh banyak pihak dan rapornya pun sangat bagus. Jokowi pun kemudian mencoba peruntungannya menuju RI.1, dan berhasil!
PDIP “yang pongah” itu pun lalu mengatakan bahwa “presiden itu adalah seorang petugas partai” untuk mengingatkan Jokowi agar “jangan mengikuti jejak Ahok” yang suka “lupa diri itu!”