Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahluk Hina Dina yang Dihinakan

28 Agustus 2016   17:34 Diperbarui: 28 Agustus 2016   17:46 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : versesofuniverse.blogspot.com

Selain Ahok, Jokowi adalah manusia Indonesia yang paling sering dihina oleh penduduk negeri ini, mulai dari capres hingga tukang asongan dan pedagang kaki lima. Tetapi yang jelas lebih banyak masyarakat yang mencintainya daripada yang membencinya. Logika sederhananya adalah, tidak mungkin Jokowi menjadi presiden kalau lebih banyak masyarakat yang membencinya!

Sebahagian masyarakat kita itu memang “kurang legowo” (Berlapang dada) atau berjiwa besar dalam menyikapi segala sesuatunya. Suka atau tidak suka merupakan hak azasi manusia yang harus dijunjung tinggi. Akan tetapi menghina orang yang tidak kita sukai sebenarnya adalah sebuah tindakan hina yang juga menghinakan diri kita sendiri sebagai seorang manusia yang merdeka yang tidak layak dihina dan menghina sesama orang!

Mengapa ada orang yang suka menghinakan orang lain?

Jawabannya tidak melulu terletak pada orang yang dihinakan itu, tetapi lebih besar pada kepribadian orang yang menghinakan tersebut. Mari kita simak beberapa hal tersebut dalam bentuk peribahasa.

Tong kosong nyaring bunyinya

Banyak orang yang kemampuannya pas-pasan, berusaha menarik perhatian/simpati orang lain dengan cara menyerang/menghina orang tertentu. Isu yang paling jitu tentulah menyangkut fisik seseorang dan SARA! Ketika berada pada kelompok tertentu, tentulah paling enak “mencuri panggung” itu dengan jalan menghinakan kelompok lain.

Biasanya sebagian dari penonton akan tertarik mendengar bualan seperti begitu. Umumnya penonton itu adalah kaum inferior, kurang terdidik, kaum “impoten” yang tidak percaya diri, penyuka tahayul, sehingga bisa diperdaya sipenghina. Penonton yang educated tentu saja tidak akan mau mendengar. Tadinya mereka berharap sipembicara itu punya ide/gagasan yang layak untuk mereka dengar. Tetapi mereka kecewa. Sipembicara “tidak punya sesuatu” untuk pendengarnya selain menghinakan orang lain!

Para pemimpin kelompok sosial yang berazaskan agama, kelompok kesukuan maupun ormas kepemudaan paling suka berkoar-koar dengan memakai metode ini. Dan memang kebetulan juga, para simpatisannya adalah mereka yang disebut kaum impoten yang otaknya ada didengkul, sehingga ketika mereka itu diparkiran terjatuh dari motor dan kakinya menyentuh aspal, mereka akan menderita geger otak!

Muka buruk cermin dibelah

Ada juga orang yang kurang mampu tetapi memaksakan diri untuk berbicara atau menjadi pemimpin. Karena tidak mempunyai kapabilitas, tentu saja pembicaraan dan tindakannya rawan salah. Akan tetapi orang ini akan mempersalahkan dan menghinakan orang lain untuk menutupi kekurangannya tersebut.

Orang-orang seperti ini terkadang sudah mempersiapkan dengan matang “kambing hitam” yang untuk dipersalahkan kelak, apabila dia melakukan kesalahan. Ahirnya supaya dianggap hebat dan pintar, isi pembicaraannya hanya menceritakan  kekurangan dan penghinaan kepada orang lain. Memang manusia type begini ini, supaya bisa meninggikan dirinya hanya dengan satu cara saja, yaitu dengan cara merendahkan orang lain!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun