Kuli itu segera merebahkan badannya yang penat setelah memanggul puluhanan karung beras dari truk menuju gudang. Setelah meneguk minuman es teh manis dari kantung plastik kecil transparan itu, dia lalu menyalakan sigaret kretek ketengan dari sakunya. Sambil sesekali memejamkan mata, kuli itu menikmati setiap tarikan dari sigaret itu seperti tarikan mesin V-6 Mercy SLK 350 kupe yang melibas tikungan tajam itu...
Entah darimana asal muasalnya, berhembus isu yang mengatakan bahwa Pemerintah akan menaikkan harga rokok menjadi rata-rata Rp 50.000/bungkus. Gayung bersambut, semua masyarakat lalu membahas isu ini. Akan tetapi lebih banyak komentar dari warga Non-perokok (Bukan penikmat rokok) daripada warga perokok. Agaknya para penikmat rokok lebih memilih bersikap pasrah dalam menghadapi isu kenaikan harga rokok ini.
Isu ini berhembus berbarengan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, yang mengemukakan keterkaitan antara harga rokok dan jumlah perokok. Menurut ketua DPR, Ade Komaruddin kenaikan harga rokok ini juga akan membantu APBN melalui pemasukan cukai tembakau. Selain itu kenaikan harga rokok ini diharapkan akan mengurangi perilaku konsumtif masyarakat terhadap rokok.
Sudah terlalu banyak tulisan yang membahas dampak buruk dari rokok terhadap kesehatan. Tulisan ini juga tidak ingin membahas hasil studi yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, nasib petani tembakau, atau nasib karyawan pabrik rokok. Akan tetapi tulisan ini dibuat untuk mengulas sisi lain yang jarang diperhatikan oleh publik.
***
Tidak ada asap tanpa api! Tidak ada yang tiba-tiba hadir dengan sendirinya tanpa suatu rekayasa untuk dihadirkan. Begitu jugalah akan wacana kenaikan harga rokok ini!
Ada yang mengatakan, riset yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini “ditunggangi” pihak barat yang ingin membuat gaduh dan menyusupkan kepentingan terselubung mereka didalamnya.
Pernyataan ini adalah pernyataan khas “jurkam pilkada” atau penulis anonim di medsos yang berbau rasis, fitnah dan pengumbar kegaduhan! Walaupun riset tersebut pendanaannya dibantu oleh Bloomberg yang sering membiayai riset lembaga anti tembakau diseluruh dunia, bisa dipastikan dana tersebut adalah murni hibah untuk penelitian, bukan untuk maksut lain.
Kita memang hidup pada sebuah zaman yang diliputi kecurigaan. Selalu ada pertanyaan siapa dibalik sebuah kegiatan, siapa yang mendanai kegiatan tersebut, apa motifnya, siapa yang akan mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut, berapa bayarannya, kenapa harus begini dan bukan begitu? Dan pertanyaan-pertanyaan curiga lainnya.
***
Benarkah dengan menaikkan harga rokok akan mengurangi secara drastis jumlah perokok?