Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada Apa dengan Wales?

3 Juli 2016   02:04 Diperbarui: 3 Juli 2016   02:09 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.helloscore.com

Pertandingan piala Eropa 2016 penuh dengan kejutan. Setelah Spanyol dan Inggris tersingkir, kini tim favorit lainnya, Belgia ahirnya disingkirkan “The Dragons” Wales. Memang agak susah kalau kita tidak memandang sebelah mata kepada tim Wales ini, apalagi ini penampilan perdana mereka pada turnamen ini. Akan tetapi melihat prestasi yang mereka capai di Kualifikasi Piala Eropa dan kemudian menjadi juara di penyisihan grup, dengan salah satunya mengandaskan “Beruang Merah” Rusia 3-0, maka sudah seharusnyalah kita tidak memandang remeh kepada mereka.

Wales adalah Bale! Paradigma itu telah mencuat sejak Kualifikasi Piala Eropa, dimana gol dari Bale seorang diri melebihi jumlah gol dari seluruh pemain Wales! Ketika melawan Slovakia dan Inggris, peran Bale juga sangat besar dengan gol “trade mark” tendangan bebasnya. Akan tetapi ketika melawan Rusia, Irlandia Utara dan Belgia, gaya permainannya berubah, mirip-mirip dengan Ronaldo di Portugal.

Baik Ronaldo maupun Bale, permainan mereka tidak selalu terlihat menonjol. Akan tetapi sesekali gaya permainan mereka mampu memaksa satu, dua bahkan tiga lawan untuk menjaga mereka. Hanya sesekali Bale “berakrobat” yaitu untuk sekedar “mengingatkan” pemain lawan agar tetap fokus menjaganya. Akibatnya para pemain Wales yang lain lebih leluasa berkeliaran didaerah pertahanan Belgia, karena Belgia selalu fokus kepada Bale! Para pemain “kacangan” Wales yang lain itu ahirnya menghukum Belgia dengan tiga gol!

Kini orang mengatakan Wales tidak melulu Bale! Bagi orang yang akrab dengan liga Inggris, tentu tidak akan asing dengan pemain-pemain Wales, karena para pemain itu hampir semuanya berlaga di Liga Inggris. Menonton pemain Wales serasa menonton pemain Inggris juga, karena mereka sebenarnya masih dalam bagian Great Britain. Yang membedakannya adalah, Para pemain Inggris bermain bola dengan memikirkan para “WAG’S” mereka, para pemain Wales bermain dengan “Hati” Mereka seperti anak kecil yang bermain lepas dan menikmati permainan bola itu tanpa memikirkan hasil pertandingan!

Itulah ciri permainan liga Inggris dua dekade lalu sebelum kedatangan “pelatih-pelatih pragmatis” sejenis Mourinho. “Mahluk” pragmatis seperti Mou lebih mementingkan hasil daripada “menikmati” permainan! Bila memang diperlukan, Mou tega “Memarkir Bus” dan menyuruh seorang striker murni untuk mengawal dan memprovokasi striker lawan!

Terkadang permainan sepak bola tidak enak lagi ditonton. Tiki-taka memang enak dilihat ketika menyerang. Akan tetapi tidak ada tiki-taka ketika bertahan. Ketika bertahan, para pemain Spanyol/Barcelona berubah menjadi seperti “monster yang ingin menyergap” lawan. Memaksa untuk merebut, bahkan bila perlu menarik lawan untuk menguasai bola. Ketika bola sudah dikuasai, permainan tiki-takapun dilanjutkan lagi. Lama kelamaan, itu menjadi membosankan.

Salah satu kekuatan Wales adalah disisi pertahanannya. Para pemain belakang menikmati permainan, seperti ketika para pemain Barcelona menyerang dengan tiki-taka! Lihatlah betapa rapuh dan groginya duet bek Inggris Cahill-Smaling. Ketika ditekan lawan, mereka sering melakukan bluder karena mereka selalu dalam keadaan “stress”  Itulah sebabnya Inggris kalah di piala Eropa, karena semua pemainnya tidak bisa menikmati permainan sepakbola mereka sendiri!

Lihatlah gol-gol yang dicetak Ashley Williams (Swansea) di menit 31, Hal Robson-Kanu (Reading) di menit 55 dan Sam Vokes (Burnley) di menit 86. Williams dengan tenangnya menyundul bola dengan terlebih dahulu memantulkannya ketanah untuk mengelabui Courtuis. Hal Robson-Kanu dengan tenang menerima bola dengan membelakangi kiper lalu berbalik dengan mengelabui tiga bek untuk mencetak gol. Vokes menyundul bola ditiang dekat, tetapi mengarahkannya kesudut tiang jauh, membuat Courtuis hanya bisa mengelus angin! Tidak ada yang mengenal Vokes, tetapi gaya sundulannya sama seperti sundulan Bale! Mereka bertiga bisa melakukan itu, karena mereka bermain lepas dan menikmati permainanitu sendiri!

Selain Bale, para pecinta sepakbola memang agak sukar menyukai pemain-pemain Wales karena mereka itu tidak terkenal, bernilai murah dan hanya bermain di klub medioker. Akan tetapi para pemain Wales itu telah menyuguhkan “Roh permainan sepakbola itu sendiri” kepada kita. Apapun itu pada piala Eropa 2016 ini, kita disuguhi “sesuatu hal penting” yaitu “The spirit of football!” Itulah yang ditunjukkan Wales, Islandia, Italia dan Portugal.

Dari keempat tim tersebut, mungkin Portugal yang paling “parah” koordinasi permainannya, terutama dibelakang! Permainan Portugal sangat tergantung kepada “kualitas” dan “akting” seorang Christiano Ronaldo! Sejak dari penyisihan grup Portugal selalu terseok-seok. Akan tetapi walaupun keberhasilan mereka berbau keberuntungan, mereka ahirnya sampai juga ke semi final untuk bertemu dengan Wales.

Akan sangat menarik melihat pertarungan antara dua superstar dunia, Ronaldo vs Bale. Siapakah dari antara keduanya yang bisa tertawa diahir pertandingan? Karena hasil dari pertandingan ini, pasti akan mempengaruhi ego kedua superstar ini. Setelah piala Eropa usai, masikah mereka tetap bersama di Real Madrid?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun