Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Benarkah Jembatan Lengkung LRT Salah Desain?

11 Agustus 2023   19:00 Diperbarui: 11 Agustus 2023   19:37 2474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: detik.net.id/

Kedua, ini menyangkut gender. Si wartawan yang jelas-jelas seorang wanita (bukan Lucinta Luna juga) menganggap remeh kemampuan Arvilla (dianggap bisa saja melakukan kesalahan desain karena dianya seorang wanita) 

Padahal Longspan Kuningan ini mendapat dua rekor MURI sekaligus. Pertama, rekor jembatan kereta boks lengkung dengan bentang terpanjang dengan radius terkecil di Indonesia, serta pengujian axial static loading test pada pondasi bored pile dengan beban terbesar di Indonesia, dengan beban pengujian hingga 4.440 ton.


Berkaca pada kasus ini, media sebenarnya justru berperan besar untuk semakin "menyesatkan" warga. Mengapa orang-orang tidak mencari tahu ihwal "jalan rel" ini. Padahal tinggal googling saja. Apalagi Jalan Rel Indonesia termasuk salah satu cabang ilmu Teknik Sipil yang perkembangannya begitu-begitu saja. Buku Jalan Rel yang dipakai engkong penulis dulu bahkan masih sama dengan yang dipakai keponakan penulis!

Lalu apa kata Menteri PUPR selaku empu "per-jalanan" di negeri ini.

Dikutip dari detik.com, menurut beliau konstruksi jembatan lengkung tersebut sudah baik. Ia menyebut semua kereta pasti melambat saat melintas di jalur yang menikung. "Tapi bukan karena salah desain, hati-hati itu. Karena itu memang misalnya kalau di kota berapa kecepatannya, 30-40 km per jam. Kalau di tikungan 20 km per jam ya wajar, Mau kecepatan berapa lagi? Wong di lurus saja 30-40 km per jam. Jadi kalau di tikungan, semua kereta api pasti melambat," lanjutnya.

Basuki menyebut Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) pun telah melakukan pengujian terhadap proyek ini. Menurutnya jika longspan tidak dibangun seperti sekarang, maka bangunan gedung di sekitarnya akan terkena dampak. "KKJTJ sudah melakukan uji waktu itu. Jadi semua oke. Karena ini bayangkan dari Warung Buncit ke Rasuna Said, itu kan 90 derajat. Kalau mau dilengkungkan panjang, hotel-hotel habis semua. Tapi kan ini masuk dalam koridor keselamatan transportasi,"Case closed!"

Konstruksi LRT Jabodebek yang hampir seluruh lintasannya adalah lintas layang itu, memiliki 10 longspan (jembatan bentang panjang) Longspan Kuningan memiliki panjang 86,5-148-86,5 meter (Dua lengkung peralihan dan sebuah circle) Konstruksi longspan ini menggunakan teknik cast in situ traveler form box girder. Tingkat kesulitan longspan Kuningan ini berada di level 4 (tertinggi dibanding 9 longspan lainnya) karena jembatan lengkung ini berdiri melintang di atas jalan arteri dan flyover jalan tol sekaligus!

Dengan kondisi lapangan begini tentu saja pilihan menjadi sangat terbatas. Akhirnya R (jari-jari lengkung horizontal) juga menjadi kecil. Padahal R ini sangat erat hubungannya dengan V (kecepatan kereta) Semakin kecil radius tikungannya tentunya semakin lambat kecepatan kereta.

Awalnya desain kecepatan kereta di longspan ini direncanakan 30 km/jam. Namun operator (PT KAI) punya pertimbangan lain, sehingga akhirnya memutuskan kecepatan kereta di tikungan menjadi 20 km/jam.

Ketika kereta melewati tikungan maka akan timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang mengakibatkan rel luar mendapat tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan rel dalam. Akibatnya keausan rel luar akan lebih besar dibandingkan dengan rel dalam. Gaya sentrifugal yang terlalu besar dapat mengakibatkan kereta terguling. Dengan mengurangi kecepatan di tikungan tentu saja gaya sentrifugal ini otomatis menjadi kecil.

Jangan lupa juga dengan gaya lateral (gaya ke samping) yaitu total gaya sentrifugal, snake motion (gerakan mengayun kereta) dan ketidakrataan geometrik jalan rel yang bekerja pada titik yang tidak sama dengan gaya vertikal. Jika gaya lateral lebih besar dari gaya vertikal (berat sendiri kereta) maka penambat rel bisa tercabut, dan membuat kereta anjlok.

Sepertinya banyak orang lupa kalau tidak semua penumpang LRT ini mendapat tempat duduk, sebab ternyata sebagiannya adalah berdiri. Coba bayangkan "perjuangan penumpang berdiri" ini ketika melewati tikungan sempit dengan kecepatan 40 km/jam. Dengan kecepatan segini tentu saja rel bagian luar harus ditinggikan untuk meminimalkan gaya sentrifugal. Otomatis posisi penumpang berdiri itu akan miring juga, hahaha. Ah, tiba-tiba jadi teringat akan metromini yang sopirnya suka ugal-ugalan itu.

Lagi pula kecepatan LRT itu menurun kan hanya ketika memasuki tikungan itu saja. Setelah itu kecepatan LRT akan normal kembali. Jangankan LRT, jet darat seperti MotoGP atau mobil F1 saja akan segera "tersipu malu" ketika memasuki sebuah tikungan hairpin. Kecepatan 33o km/jam di trek lurus seketika berubah menjadi 70 km/jam saja di titik Apex tikungan. Bahkan konon katanya, angin puting beliung pun akan segera mengurangi kecepatannya hingga 5 km/jam ketika harus melewati komplek militer, hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun