Fakta di lapangan juga menunjukkan kalau di sebagian tempat rumput JIS mengalami stunting. Penyebabnya adalah sebagai berikut,
Pertama, Kurangnya paparan sinar matahari.
Dalam FIFA football-stadiums-guidelines section 2-2, disebutkan kalau orientasi stadion sangat berpengaruh terhadap desain stadion (khususnya atap dan posisi tribun) karena akan signifikan menciptakan iklim mikro di dalam stadion. Untuk itu survei jalur matahari/cahaya alami di stadion haruslah diikutkan sebagai bagian dari proses desain. Data pencahayaan ini tentunya akan berpengaruh pula terhadap pemilihan jenis rumput.
Sepertinya orientasi terbaik bagi JIS adalah Barat Laut-Tenggara.
Orientasi JIS adalah Utara-Selatan. JIS menggunakan atap buka tutup (retractable roof) di tengah-tengah rangka atap utama. Walaupun dalam kondisi terbuka penuh, ternyata sinar matahari tidak bisa menyinari seluruh permukaan lapangan. Salah satunya juga akibat desain dinding tribun yang terlalu tinggi. Akibatnya proses fotosintesis pada rumput tidak maksimal, yang kemudian membuat rumput menjadi stunting.
Kedua, kurang gizi
Di atas sudah dipaparkan kalau akar rumput natural itu "ogah" menembus lapisan karpet. Apakah penyebabnya?
Jawabannya adalah "ada gula ada semut." Kalau media di bawah karpet itu penuh dengan gizi dan nyaman kondisinya, maka akar rumput akan segera menyerbunya, lalu membentuk perakaran kuat di situ.
Menurut penerawangan penulis, pupuk kemungkinan disebar hanya di permukaan saja. Akibatnya rumput malas turun ke bawah, dan hanya bergerombol di atas lapisan karpet saja. Selain itu suhu di bawah karpet mungkin terlalu dingin, lembab, padat dan kurang oksigen, membuat akar rumput malas turun ke bawah.
Lantas bagaimana solusinya?
Penulis bukanlah tukang rumput atau ahli agronomi. Akan tetapi ketika penulis dulu bekerja sebagai site engineer di proyek, penulis sangat berkepentingan dengan si rumput ini. Ketika itu rumput ini banyak dipakai untuk menutup tebing maupun dinding saluran irigasi (cover crop) agar permukaan tanah tidak longsor.