Akan tetapi apa yang dilakukan Nyonya Besar (bahkan selama ini juga) sebenarnya keterlaluan. Hubungan Jokowi-PDIP adalah simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak.
Tanpa dukungan PDIP Jokowi memang mustahil bisa menjadi presiden. Akan tetapi pamor Jokowi juga mampu mengkerek perolehan suara PDIP. Arogansi Nyonya Besar memang adalah "penyakit lama" yang sering merugikan partai wong cilik ini.
Mari kita flashback sejenak keberadaan PDIP ini. Tahun 1999 lalu PDIP menjadi parpol pemenang. Akan tetapi karena arogan, naif dan oon, maka PDIP bagaikan tikus mati di lumbung padi. Mereka kemudian dibegal "poros tengah" jebolan Orba yang dicukongi oleh "rampok BLBI" dan kroni-kroni ndoro mbah kakung!
Lha, bagaimana pedeipe mau berkata "Ganyang Soeharto" kalau semua aparat, PNS bahkan penjual jamu juga "berbaju kuning." Bahkan pohon kelapa saja wujudnya pohon beringin! Kita sendiri pun ternyata berjaket kuning, walaupun kolore sing abang!Â
Itu mahasewa kan sekarang saja bisa seenaknya ngomong "turunkan Jokowi." Coba kalau zamannya mbah kakung ngomong gitu. "Piye le kabare? Penak jamanku to? Hehehe. Wes ewes ewes, bablas angine!"
Jadi kalau penulis mengamati perjalanan PDIP ini jadi suka senyum sendiri, karena mereka ini memang terlalu nganu. Yah mbok kalau berpulitik itu pakai siasat, jangan baperan. Jangan suka marah-marah. Jangan suka menyindir orang atau parpol lainnya. Trus jangan juga suka menang sendiri.
Nah kembali ke soal capres. Semua orang (termasuk Jokowi sendiri) sudah tahu kalau capres yang pas itu adalah Ganjar Pranowo. Eh, Nyonya Besar malah mingkem. Ada kenduri partai di Jawa Tengah, eh malah Shohibul hajat tidak mengajak yang punya rumah. Kan kebangetan!
Akhirnya petinggi partai juga berani mengolok-olok Ganjar dengan mengatakan bahwa Ganjar selama ini tidak punya prestasi yang bisa dibanggakan, hahaha.
Akan tetapi, ketika partai kemudian mendeklarasikan Ganjar sebagai capres 2024, maka petinggi partai tadi sontak berteriak lantang, "Hidup Ganjar Pranowo, capres PDIP 2024!"
Ketika petinggi partai tadi ditanyakan kenapa sekarang sikapnya berbeda, maka jawabannya sungguh menarik. "Jadi begini dek, sejak semula partai sudah tahu kok kalau Ganjar adalah kader terbaik. Namun kita ingin menguji mentalnya. Insya Allah Ganjar memang bukan kaleng-kaleng dek dan seluruh masyarakat Indonesia berada di belakangnya." Dasar pulitisi itu memang gak bisa dipercaya, banyak bohongnya. Hahaha
Rupanya karena terlalu sibuk mengurusi calon petugas partai 2024, maka Nyonya Besar dan kader kemudian melupakan petugas partai yang saat ini masih bertugas hingga 2024 nanti.