Semua bermula tanpa pernah kusadari dan kini aku tak tahu bagaimana cara mengakhirinya
Beberapa hari terakhir ini semuanya pada sibuk. Aku sibuk dengan urusan kantor. Ratih sibuk bolak-balik Jakarta-Bandung dengan proyek konveksinya. Maya juga sibuk dengan bakery milik keluarganya. Tadinya Maya sempat juga berkeinginan kembali bekerja pada perusahan tempat kami dulu sama-sama bekerja.
Saya sempat merasa khawatir. Bukan apa-apa, kalau saya pas tugas ke Surabaya, "Teraphy 10 detik" di masa lalu takut terulang kembali. Untunglah Maya mengurungkan niatnya itu. Ia kini malah sibuk ke Bali untuk membuka cabang baru di sana.
Sudah dua hari ini Ratih ke Bandung dan rencananya balik sore ini. Aku sudah kangen betul sama dia. Eh, poetjoek ditjinta oelam tiba. Tiba-tiba Ratih menelfonku, "Hai kamu di mana sayang?"
"lagi di kantor, mau pulang. Kamu di mana sayang?"
 "Aku di rumah, nyampe siang tadi dianter Vicky. Ini Vicky barusan pulang."
"Hah, Vicky? Ngapain dia nganter kamu? Dia kan kerja?"
"Ya kebenaran aja dia mau ke Jakarta, yah sekalian aja aku nebeng dia gitu."
"Vicky ini aneh ya, pasti ada maunya ini anak. Kan dia kerja, koq sempat-sempatnya nganter kamu ke Jakarta."
"Yah gak aneh, wong kerjaannya juga Bandung-Jakarta. Yang aneh itu malah kamu Bram?"