Tak berbulu? Iya, tangan Rita justru lebih berbulu daripada tanganku. Apalagi tangannya itu putih mulus, sehingga bulu-bulu itu terlihat jelas. Bagiku itu tampak seksi dan menggemaskan.
Terkadang aku mengambil penggaris plastik, kemudian mengosok-gosokkannya, lalu mendekatkannya ke tangan Rita. Seketika bulu-bulu di tanganya berdiri! Kami lalu tertawa, kemudian terdiam, lalu...
Hari ternyata tidak selalu cerah seperti yang dijanjikan. Mendung dan hujan pun kemudian datang menghampiri. Tiba-tiba Rita raib tanpa kabar berita. Rupanya sehabis ujian akhir kemarin, ia langsung pindah ke Jogja untuk kuliah di sana.
Aku tahu mantannya itu juga kuliah di Jogja. Katanya mantan tapi rupanya masih sayang. Duh Gusti, matek aku.
Memang aku dan Rita belum jadian. Hubungan kami masih sebatas gebetan. Belum ada kata janji terucap untuk saling menyayangi, dan tak akan mengkhianati.
Akan tetapi rasa itu tidak perlu janji. Sayang itu dalam bentuk perhatian dan tindakan, bukan dalam ucapan saja.
Hatiku hancur berkeping-keping. Aku takkan bisa jatuh hati lagi. Bagaimana mungkin aku bisa jatuh hati, sebab aku tidak punya hati lagi. Hatiku sudah kutitipkan pada Rita yang tak tahu di mana rimbanya.
Namun aku percaya mendung pasti akan berlalu juga. Waktu akan membuat aku bisa melupakan semua kepedihan itu. Namun penggaris plastik itu takkan pernah sirna dari ingatanku...
Salam sayang selalu