Dalam kegalauan mereka, om Benny kemudian datang dari Medan untuk menjumpai Henry dan Siti. Ternyata mama Henry telah menceritakan seluruh masalah yang mereka hadapi kepada om Benny. Mama Henry kemudian berharap kepada adik satu-satunya itu agar bersedia menolong keponakannya itu, sebab dia tidak tahu lagi kemana hendak mengadu.
Om Benny mafhum akan persoalan berat yang dihadapi cicinya itu. Tak pernah sekalipun cicinya itu pernah minta tolong kepadanya. Bahkan ketika beras di rumahnya pun habis, dia tidak pernah minta tolong kepadanya.
Mereka berdua pun menangis sesunggukan sambil mengenang masa-masa kecil mereka ketika tinggal di Bandung dulu.
Kini om Benny berani mengambil sikap. Walau bagaimananpun, Henry adalah anaknya juga. Sejak dulu pun, dia selalu berkomitmen untuk membantu keponakannya itu. Kini dia tahu abang iparnya itu sudah "jadi orang kaya" jadi dia tidak risih lagi kalau berhadapan dengannya.
Om Benny tadinya hendak menjual rumahnya yang berada di Bogor juga, karena tidak ada yang mengurus rumah tersebut ketika kontrakannya habis dua tahun lalu. Tetapi Om Benny kemudian berubah pikiran dan ingin memberikannya saja kepada Henry sebagai hadiah pernikahan mereka.
Setelah mendengar permasalahan mereka, om Benny lalu menyuruh Henry menjual rumah tersebut, agar dapat dipakai membayar kompensasi pengganti biaya beasiswa Siti kepada Kerajaan Malaysia.
Henry tak mampu berkata-kata lagi, dia lalu bersimpuh di kaki omnya sambil menangis. Dia tahu, omnya itu sangat menyayanginya. Dulu ketika masih tinggal dirumah om Benny, Henry sudah dibelikan sebuah mobil. Namun mamanya melarang om Benny agar tidak memberikan mobil tersebut kepada Henry. Karena kondisi ekonomi dan kedegilan papanyalah yang menahan om Benny untuk bisa dengan bebas mengekspresikan kasih sayangnya kepada Henry.Â
Om Benny sadar, hubungan Indonesia-Malaysia yang kurang mesra, akibat masalah tapal batas dan TKI itu, dapat dipolitisir oleh orang-orang tertentu, baik dari pihak Indonesia maupun Malaysia, yang bisa saja akan memperparah masalah Siti.
 Om Benny lalu menghubungi temannya, seorang dokter yang bekerja di Kementerian Kesehatan Malaysia agar dapat mengatur pembayaran kompensasi dan administrasi Siti kepada kerajaan Malaysia secara rahasia dan cepat tanpa diketahui pihak lain.
Akibat intimidasi dari Hamid dan tekanan harus membayar kompensasi biaya bea siswa kepada kerajaan Malaysia, ayah Siti kini terbaring dirumah sakit karena terkena stroke ringan.
Siti ingin sekali menjenguk ayahnya itu, tetapi bagaimana caranya dia bisa pulang? Paspornya ada di Kuala Kangsar! Memakai paspor "aspal" (asli tapi palsu) Indonesia ke Malaysia juga sangat berisiko tinggi kalau ketahuan!