Pekan ke-14 Liga Inggris menjadi akhir pekan yang membahagiakan bagi Liverpool dan fans-nya. Betapa tidak, Liverpool tampil memukau dengan menghancurkan tim tuan rumah, Crystal Palace dengan skor telak 7-0. Dengan hasil ini Liverpool semakin kokoh di puncak klasemen Liga Inggris menjauh dari kejaran Tottenham Hotspur yang dipencudangi Leicester City 0-2 pada keesokan harinya.
Hasil tujuh nol di kandang lawan itu tentunya sangat luar biasa. Tapi penulis lebih tertarik membahas cerita di balik kemenangan telak Liverpool ini.
Pertama tentunya Efisiensi.
Dalam catatan penulis, ini adalah pertandingan terbaik Liverpool musim ini, setara dengan pertandingan Liverpool kala melibas Leicester City 4-0 pada musim lalu.
Dengan mengabaikan hasil akhir pertandingan, penampilan Liverpool pada laga versus Crystal Palace ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan versus Spurs kemarin. Padahal lini belakang Liverpool sangat kerepotan menahan serangan pemain Crystal Palace.
Mari kita lihat statistik dari kedua pertandingan Liverpool di pekan ke-14 dan ke-13 kemarin. Bersua Spurs, penguasaan bola Liverpool bisa mencapai 76%. Liverpool melepaskan 17 tendangan dengan 11 tepat sasaran, tetapi hanya bisa menghasilkan dua gol saja. Kalau dikonversi, efisiensi gol dengan tembakan on-target Liverpool itu hanya mencapai 18,18% saja.
Sebaliknya kala bertandang ke Selhurt park, markas Crystal Palace, penguasaan bola Liverpool berkisar 66%. Liverpool melepaskan 14 tendangan dengan 8 tepat sasaran, tetapi menghasilkan tujuh gol! Artinya untuk membuat tujuh gol, Liverpool hanya butuh delapan tembakan tepat ke gawang!
Kalau dikonversi, maka efisiensi gol Liverpool itu mencapai 87,5%. What a wonderful game!
Efisiensi ini sangat penting karena akan meningkatkan moral dan kepercayaan diri pemain. Faktor efisiensi inilah yang menjadi pembeda, karena kemudian mengubah jalan dan hasil pertandingan.
Kedua Liverpool bisa clean sheet.
Walaupun mampu menghajar Crystal Palace sampai tujuh gol, bukan berarti Liverpool "lenggang kangkung" di Selhurt park. Lini belakang Liverpool sebenarnya sangat menderita, dan kita bisa melihat bagaimana duet Fabinho-Matip harus jatuh bangun untuk mempertahankan wilayah mereka. Duet bek tengah menjadi sisi terlemah dari Liverpool dalam pertandingan ini. Alisson sendiri tiga kali melakukan penyelamatan, dan dua kali harus keluar dari kotak penalti untuk membuang bola.