Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Bertarung gemilang sepanjang balapan, tapi George Russel akhirnya hanya bisa finis P9 (posisi 9) pada balapan "nite race" Formula 1 Grand Prix Sakhir 2020 di Bahrain Outer Track yang berlangsung dini hari Senin 7 Desember 2020 (WIB)
Pebalap Racing Point asal Meksiko, Sergio Perez di luar dugaan berhasil memaksimalkan kesalahan yang dilakukan tim Mercedes untuk merebut gelar pertamanya dengan menjuarai balapan ini.
Tim Racing Point juga melengkapi kebahagiaan mereka setelah Lance Stroll berhasil meraih podium tiga untuk memberikan total 40 poin bagi Racing Point.
Pebalap Renault, Esteban Ocon juga berhasil meraih podium dua pertamanya setelah berhasil mempertahankan laju kenderaannya 1,3 detik di depan Lance Stroll berkat taktik satu pit stop yang dieksekusi dengan baik. Ini menjadi akhir pekan yang menggembirakan bagi Renault setelah Daniel Ricciardo berada di P5, untuk memberikan total 28 poin bagi tim Renault.
George Russel sejatinya adalah pebalap tim Williams. Namun dalam balapan ini ia menggantikan kursi Lewis Hamilton yang harus menjalani isolasi mandiri setelah terkena Covid-19. Pebalap berbakat binaan Mercedes ini adalah mantan juara F2 2018.
Namun sepanjang musim ini Russel belum bisa memperoleh poin. Buruknya performa mobil Williams menjadi penyebabnya. Namun ia tak berputus asa. Ketika kesempatan dari Mercedes datang, ia pun segera mengambilnya. Dunia pun kemudian mengenalnya...
Ternyata bukan hanya Russel seorang saja yang bersukacita. Dua pebalap lainnya, Jack Aitken dan Pietro Fittipaldi turut menikmati berkah di Sakhir. Jack Aitken, adalah pebalap cadangan tim Williams.
Pebalap berdarah Inggris-Korea ini akhirnya bisa merasakan balapan F1 karena menggantikan kursi Russel. Â Sementara itu Pietro Fitipaldi, cucu dari dua kali juara dunia Formula Satu Emerson Fittipaldi, membalap bagi tim Haas untuk menggantikan Romain Grosjean yang masih cedera.
Bagi Pietro, balapan Sakhir ini terasa spesial. Kakeknya adalah legenda F1. Ini untuk pertama kalinya ia turun di balapan F1. Akhirnya kakek-cucu bisa merasakan balapan F1!
Kalau ada yang bersuka pastinya ada yang berduka. Ini adalah hukum keseimbangan alam. Kalau perasaan Russel kini melayang ke angkasa, sebaliknya dengan Stoffel Vandoorne yang terjerembab di palung dalam samudera pasifik!
Sejatinya Stoffel adalah pebalap cadangan tim Mercedes. Tentunya ia sudah menunggu kesempatan emas seperti ini. Namun Toto Wolf (bos Mercedes) rupanya lebih memilih "menyewa" pebalap Williams daripada dirinya sendiri. "Mengapa harus dia, bukan aku? Sakitnya tuh di sini Toto..."
Penampilan Russel memang sudah memukau sejak sesi Latihan Bebas dimana ia menjadi kampiun pada sesi Fp1 dan FP2. Pada sesi kualifikasi ia meraih posisi dua. Pole position Russel digagalkan oleh senior sekaligus rekan setim, Valtteri Bottas.
Memakai mobil Lewis Hamilton menjadi kendala tersendiri bagi Russel. Ukuran tubuh mereka berbeda. Tinggi Russel 185 cm, sedangkan Hamilton 174 cm. Tempat duduk (pebalap sebenarnya tidak duduk, lebih tepat setengah berbaring) yang kurang pas membuat tubuh Russel kurang nyaman sepanjang balapan.
Bukan itu saja, ukuran sepatu mereka berbeda dua nomer. Akhirnya Russel lebih memilih kakinya lecet dengan memakai sepatu yang lebih kecil satu nomer, agar Mercedes tidak perluh harus mengubah lagi settingan ruang kaki di kokpit. Ini memang kondisi yang tak bisa dihindari.
Settingan kokpit itu memang seperti menjahit jas. Di awal musim pebalap diukur badannya, termasuk gaya membalapnya. Lalu semuanya "dipaskan" ke dalam kokpit. Jadi setiap kokpit mobil F1 pasti berbeda, disesuaikan dengan ukuran tubuh dan gaya membalap masing-masing.
Terpisah, dari P4 Leclerc mencoba mengganggu Bottas lewat sisi kanan. Bottas kini dijepit dari dua sisi.
Bottas masih di depan Perez ketika memasuki T4 ke arah kanan. Leclerc yang melakukan late brake berharap Perez akan mengalah di T4 tersebut.
Perez pastinya tidak melihat posisi Leclerc. Dan lagi pula mengapa ia harus mengalah, sebab ia berada pada racing-line yang tepat. Ban belakang kanan Perez kemudian membentur ban kiri depan Leclerc, mematahan as ban depan mobil itu. Sial, Verstappen yang berada di belakang Perez berusaha menghindar, tapi mobilnya kemudian keluar dari lintasan dan menyeruduk tembok pengaman.
Perez masih bisa ke pit untuk mengganti ban belakang, tapi balapan sudah berakhir bagi Leclerc dan Verstappen. Leclerc kemudian diganjar penalti tiga grid pada balapan berikutnya.
Seusai pit stop pertama, George Russell masih terus  memimpin balapan di depan sang senior, Valtteri Bottas. Russell bahkan terus memperlebar gap-nya dengan Bottas. Pada lap 54, Russell bahkan mampu memimpin hingga 8,3 detik dari Bottas.
Namun, bencana bagi Russell dan Bottas datang saat melakukan pit stop kedua di lap 63. Tepatnya saat safety car masuk trek setelah sayap mobil Jack Aitken (Williams) patah. Kedua mobil Mercedes tersebut masuk bersamaan, dimana mobil nomer 63 (Russel) berada di depan diikuti mobil nomer 77 (Bottas)
Insiden memalukan kemudian terjadi. Ban kedua pebalap tertukar! Kru memasang ban Bottas ke mobil Russel. Seharusnya Russel memakai ban Hard, tapi dipakaikan ban Medium. Sebaliknya Bottas yang tadinya memakai ban Hard dan ingin mengganti ke ban Medium, terpaksa memakai ban Hard lagi karena ban Mediumnya sudah "digondol" Russel!
Bukan itu saja, Bottas akhirnya kehilangan banyak waktu di pit gara-gara kebodohan tersebut. Kanvas remnya juga sempat terbakar karena overheating kelamaan berhenti di pit!
Karena blunder tersebut, Russell dipaksa masuk lagi ke pit pada lap berikutnya untuk berganti ke ban sendiri. Russel akhirnya kehilangan banyak waktu karena masuk pit dua kali. Keluar dari pit di P5, Russel kemudian membalap dengan agresif. Setelah berhasil melewati Bottas, Ocon dan Stroll, Russel kemudian mengejar Perez yang kini memimpin balapan.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Pada lap ke-79, ban belakang kiri Russel kemudian bocor dan memaksanya untuk kembali lagi ke pit untuk mengganti ban. Diduga penyebabnya karena Russel terlalu agresif dan ia kerap keluar dari jalur untuk menyalip.
Keluar dari pit posisi Russel jatuh ke P13. Ia kemudian membalap lebih agresif lagi, tapi waktu tidak cukup dan hanya bisa finish di P9 di belakang Bottas.
Balapan Sakhir ini menjadi sesuatu bagi Russel. Seandainya kru Mercedes tidak melakukan kesalahan, bukan mustahil ia bisa meraih gelar juara pertamanya di sini. Pada lap ke-63, sebelum "peristiwa bodoh" itu terjadi, Russel memimpin sangat jauh, 26,675 detik di depan Perez.
Namun nasib berkata lain. Namun apa pun itu, hasil ini layak disyukuri. Di Sakhir ini Russel untuk pertama kalinya mendapat poin. Finish di P9 membuatnya memperoleh 2 poin plus bonus 1 poin lagi sebagai fastest lap, pebalap tercepat dalam satu lap.
Kita tunggu pada balapan penutup di Abu Dhabi minggu depan, apakah penampilan George Russel masih seganas di Sakhir kemarin.
salam F1
Sumber:
motorsport.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H