Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melihat Kasus Edhy Prabowo dari Berbagai Aspek

27 November 2020   19:25 Diperbarui: 27 November 2020   19:28 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konpres KPK Terkait OTT EP, sumber : https://asset.kompas.com/crops/NWnqeZkhbL_UuswAy94zSCa7Rno=/0x2:4000x2669/750x500/data/photo/2020/11/26/5fbedf7d707e7.jpg

"Patah tumbuh hilang berganti." Analis politik kelas serius hingga kelas abal-abal kemudian memberi solusi. EP telah mengundurkan diri, gantinya om Fadli Zon saja, sama-sama dari Gerindra juga. Pertimbangan politiknya, KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) itu kan jatah Gerindra, jadi wajar saja kalau kader Gerindra lainnya menggantikan posisi EP.

Kedua, Fadli Zon ini terkenal sebagai tukang nyinyir (nyinyir memang bagian dari pekerjaan parlemen) apalagi dosis nyinyir Fadli Zon itu termasuk kategori "kebangetan." Nah, netizen itu penasaran pakai banget. Kalau sekiranya Fadli Zon menjadi Menteri KKP yang baru, apakah ia akan tetap nyinyir atau berubah menjadi pendiam bin pemalu seperti bang Toyib.

Akan tetapi Pakde sepertinya tidak terpengaruh dengan rasa penasaran netizen tadi. Memangnya KKP itu tebak-tebakan? Sekali lagi, visi misi netizen itu tidak ada. Adanya visi misi presiden. Pastinya Menteri KKP baru itu adalah seorang professional yang bisa kerja, kerja, kerja. Orangnya bukan tukang nyinyir, tidak suka twitteran dan tidak punya tato pula...

Apalagi Pakde punya pengalaman tidak enak di masa lalu. Adalah seorang tukang kepret. Kepretannya itu sepertinya keren, lalu ia ditunjuk menjadi menteri. Eh, di kabinet ternyata kerjanya membuat kegaduhan karena suka meng-kepret kementerian lainnya. Ia kemudian dipanggil dan ditanyai, "Elo sebenarnya mau kerja, kerja, kerja atau mau kepret, kepret, kepret?"

Sambil tersipu malu orang itu berkata, "Om, kalau kerja kan keringatan, enaknya kepret aja deh."

Setelah resign orang itu kemudian sering mengisi acara "kepret live on" di tipi oon.

Nah kalau tukang nyinyir masuk kabinet, ntar kejadiannya sama lagi. Bukannya kerja, kerja, kerja, ia malahan nyinyir, nyinyir, nyinyir kepada semua orang termasuk kepada majikan sendiri! Buset!

Jadi, tukang kepret dan tukang nyinyir itu sama dan sebangun. Mereka ini tidak bisa dan tidak suka bekerja, itulah sebabnya mereka ini masih punya waktu untuk nyinyir dan mengkepret orang lain.

Kedua, dari sisi KPK.

Sejak KPK menjalani kehidupan new-normal setahun lalu, OTT EP ini menjadi kebanggan bagi Firli cs. OTT EP ini sekaligus menunjukkan kepada ICW, Saor Siagian, "Gejayan memanggil," dan masyarakat lainnya bahwa "KPK ora sare." Secara kuantitas memang tangkapan ini termasuk kelas teri, tapi secara kualitas ini adalah kelas kakap montok. Jadi OTT EP ini sungguh membuat KPK bahagia.

Namun warga nyinyir (termasuk Fadli Zon) dan warga tak pernah puas tetap saja mengeluh. "Harun Masiku mana Harun Masiku?" tanya mereka untuk menyebut buronan mantan komisioner KPU yang sudah setahun menghilang itu. Padahal buronan KPK itu banyak, bukan Masiku saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun