Dengan gesit Luciano kemudian berhasil lolos mendekati rombongan, dan kini dia berjarak hanya dua meter saja dari Presiden Suharto.
Sjafrie Sjamsoeddin kemudian terlambat menyadari kalau jarak Luciano itu sudah terlalu dekat dengan sang presiden. Ia kemudian berusaha menghalau Luciano. Tapi usahanya itu justru terhalang oleh gerak polisi Jerman.
Dalam hitungan detik, Luciano sudah berada di dekat Suharto. Tangan kanannya memegang megafon sementara tangan kirinya memegang gulungan koran.
Lalu terjadilah insiden yang menghebohkan dunia tersebut! Gulungan koran di tangan kiri Luciano kemudian menyambar kepala Suharto. Cukup keras namun tak sampai menjatuhkan pecinya!
Soal peci ini kemudian menjadi perdebatan, karena ada yang mengatakan bahwa peci Suharto memang terlepas. Tapi apapun itu, Suharto hanya bisa meringis menahan malu ketika rombongan kemudian berhasil masuk ke dalam museum.
Di dalam museum yang kebetulan memamerkan lukisan karya Raden Saleh tersebut rombongan Suharto berada selama 45 menit. Syafrie kemudian memindahkan Presiden Suharto dan Ibu Tien ke mobil biasa, dan keluar lewat pintu samping.
Rombongan lain termasuk menteri kemudian keluar dengan naik bus. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Para pendemo ternyata telah menunggu dengan berbaring di jalan. Tampaknya polisi Jerman juga membiarkan saja para pendemo melakukan aksinya.
Dalam momen kalut itu, seorang pendemo kemudian berhasil merekam foto Ali Alatas mengacungkan jari tengah kepadanya sambil berkata f-ck y-u
Setelah insiden ini, Suharto kemudian membatalkan jadwal acara menonton di Dresden Opera House pada malam harinya.
Soal pembatalan ini, informasi yang beredar dari pihak lokal mengabarkan kalau justru para pemain orkestra itu sendiri yang kemudian menolak tampil dihadapan Presiden Suharto!