John F. Kennedy kemudian naik menjadi presiden menggantikan Eisenhower. Ia berusaha membujuk Soekarno dengan mengundangnya plesiran ke Amerika. Tapi Kennedy keburu meninggal kena tembak. Lyndon Johnson yang menggantikannya, semula berusaha mengingkari kesepakatan Kennedy dengan Soekarno. Akan tetapi akhirnya harus membayar lebih mahal lagi!
Gegara Pope tertangkap, Amerika harus menanggung malu kepada dunia internasional. Amerika lalu meninggalkan PRRI dan Permesta. Kini pasokan senjatapun menguap. Permesta hanya bisa bertahan seadanya. Tetapi bukan hanya Permesta saja yang menderita. Kini petualangan PRRI di Sumatera pun tinggal menghitung hari...
Karena tidak tahan didesak keluarga Pope dan sorotan internasional, Presiden Lyndon Johnson lalu melakukan barter untuk pembebasan Pope. Soekarno akhirnya mendapat satu skuadron Hercules, terdiri dari delapan kargo dan dua tanker, persenjataan dan fulus yang dipakai untuk mengusir Belanda dari Papua sebagai tebusan Allen Pope. Soekarno akhirnya mampu membuat tiga presiden USA harus menanggung malu untuk membujuknya dalam drama empat tahun itu.
Kembali kepada Permesta, pemerintah kemudian menawarkan amnesti, yang langsung diterima oleh seluruh personel Permesta. Hebatnya lagi, sebagian dari petinggi Permesta seperti Kawilarang tetap saja disebut pahlawan.
Tidak seperti petinggi pemberontak lainnya yang harus melarikan diri keluar negeri atau dihukum, Tentara eks Permesta masih diterima di tubuh TNI dengan pangkat diturunkan. Misalnya pada Brigjen Kawilarang yang pangkatnya diturunkan menjadi Kolonel.
Nasib terbalik justru menimpa pilot pesawat tempur Mustang P-51 AURI yang berhasil menembak jatuh B-26 Invader yang dipiloti Allen Pope dan Harry Rantung, yaitu Kapten (Pnb) Ignatius Dewanto. Perubahan politik setelah peristiwa G30S kemudian mengubah jalan hidupnya.
Sebagaimana isu miring yang dituduhkan Soeharto kepada para perwira AU, Dewanto kemudian sempat ditahan di Pangkalan Halim.
Tanpa alasan jelas, Soeharto kemudian memaksa Dewanto untuk mundur dari jabatannya sebagai perwira tinggi TNI AU. Ketika peristiwa G30S itu terjadi Dewanto menjabat sebagai Deputi Menteri/Panglima Angkatan Udara merangkap Direktur Intelijen AURI.
Ignatius Dewanto lalu diberhentikan dengan hormat dari dinas tentara terhitung 31 Maret 1967. Sejak itu Dewanto kemudian menjadi pengangguran.
Selepas dari dinas tentara, untuk bertahan hidup, Dewanto kemudian menjadi sopir truk. Sungguh ironis, seorang penerbang terbaik TNI AU, mantan Direktur Intelijen AURI pemegang 16 tanda kehormatan dengan pangkat Komodor TNI AU itu kini harus menjadi sopir truk!