Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Prabowo dan Dahnil Simanjuntak

30 Juli 2019   18:49 Diperbarui: 31 Juli 2019   11:32 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Presiden Prabowo Subianto disambut ribuan santri pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Selasa (26/2/2019). Ia menceritakan pengalamannya saat memimpin prajurit asal Madura yang suka berkelahi dan doyan makan. (KOMPAS.com/TAUFIQURRAHMAN)

Kemarin "mantan" Capres Prabowo Subianto resmi melantik Dahnil Anzar Simanjuntak menjadi jubir (juru bicara) baginya, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. (Sebagai catatan, Dahnil dilantik lewat twitter, dan pidato pelantikan Dahnil juga lewat twitter, hiks...) 

Sebelumnya Dahnil telah resmi dibaiat menjadi kader partai Gerindra. (mosok jubir ketum Gerindra dari partai PKS? Kan bisa sewot Mardani Ali Sera...)

Tapi tak ayal para netizen yang suka kepo pun terhenyak, Mengapa Prabowo memilih Dahnil? Tidak kah itu sebuah tindakan blunder, apalagi Dahnil kan masih terhitung "bocah"

Jawaban rasional dari partai Gerindra pun dianggap kurang memuaskan karena bersifat formalitas belaka. Maklumlah siapa yang berani mempertanyakan titah baginda diraja. "ente mau dilempar hengpon?"

Di muka bumi ini, apalagi bumi Indonesia, konon tidak ada yang kebetulan. Bahkan "makan siang pun tidak ada yang gratis." Kekecualian mungkin hanya kalau sekiranya makan tersebut sudah basi atau berulat....

Tentu saja tidak butuh sebuah perenungan Panjang, apalagi kalau sampai termenung untuk mengkaitkan pelantikan Dahnil ini dengan diplomasi sate Senayan plus nasi goreng Teuku Umar kemarin itu. 

Pada musim kemarau (baca : politik) yang terasa terik ini, tentu butuh sebuah konsekwensi besar bagi Prabowo untuk "makan sate plus nasi goreng" dengan seteru, apalagi di depan umum! Ada ribuan pertanyaan baik dari "kampret beneran maupun kampret boongan" yang harus dijawab dengan serius. Prabowo adalah seorang mantan Danjen Kopassus yang tentu saja kurang senang untuk ditanya-tanya, apalagi kalau pertanyaan itu terasa sangat bodoh baginya!

Prabowo dan Dahnil Simanjuntak, sumber : Nasional | Republika
Prabowo dan Dahnil Simanjuntak, sumber : Nasional | Republika
Dalam konteks politik itu sebenarnya tidak ada seteru abadi ataupun teman abadi, karena semuanya diletakkan pada kepentingan semata. Sebelum pemilu serentak kemarin itu, Prabowo dan Jokowi jelas berbeda kepentingan. Itulah sebabnya mereka berseteru untuk meraih kepentingan mereka.

Ketika MK kemudian memutuskan Jokowi menjadi presiden 2019-2014, maka tidak ada lagi kepentingan Prabowo untuk berseteru dengan Jokowi! Untuk apa berseteru, kalau hanya buang-buang kuota dan pulsa saja?

Kini terbuka pula peluang untuk berteman. Selain membuat adem, kepentingan pun terakomodir. Mereka bukan seteru lagi karena kini mempunyai kepentingan yang sama. Jadi kini mereka disebut sebagai teman....

Dahnil Simanjuntak, sumber : Akurat.co
Dahnil Simanjuntak, sumber : Akurat.co
Nah mungkin bagi Prabowo dan segelintir elit Gerindra (termasuk juga Fadli Zon yang kini terlihat pemalu dan pendiam) mereka setidaknya masih mendapat sedikit berkah dengan bergabung dengan cebong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun