Adakah yang lebih cinta daripada sebuah cinta...
cinta kini membuatku tertawa dan melayang
melintasi angkasa menuju bintang-bintang
tapi ku takut cinta ini hanya sementara
karena takdirku selalu merana ditinggal cinta...
Hujan yang sudah berhenti membuat sore hari ini cerah kembali. Aku baru saja menikmati secangkir kopi pahit tanpa gula. Kopi ini nikmat sekali karena diracik dengan sentuhan cinta... Biasanya aku membuat kopi dengan memasaknya bersama dengan air. Setelah air hampir mendidih, aku cepat-cepat mengangkatnya dari atas kompor, lalu menyaringnya. kalau airnya keburu mendidih, rasa kopinya menjadi tidak enak karena kopinya pecah...
Lenny membuat kopi dengan cara yang berbeda. Air dijerang. Setelah mendidih, kopi lalu diseduh. Biasanya aku tidak akan suka cara begini. Kopi tidak melting dengan air. Kopi tidak "kawin" dengan airnya, sehingga rasanya jadi berbeda. Tapi kali ini aku ingin membuat penilaian tersendiri diluar kelaziman. Mana yang lebih dominan "cinta rasa kopi" atau cita rasa kopi itu sendiri. "Aha...ternyata kopi buatan Lenny jauh lebih enak. Itu karena lezatnya terasa di lidah, sensasinya singgah di hati...
"Selamat sore dok..."
"Eh..selamat sore, silahkan masuk pak..." jawabku pada seorang pasien yang telah membuyarkan sensasi kopiku.
"Ini dok, badan saya ini lemes-lemes. Disini juga sakit dok, di hati. Kadang-kadang seperti diremas-remas ini jantung dok kayak mau mati..."kata pasien tersebut sambil menunjuk ulu hatinya.
Aku lalu memeriksa dengan cermat pasien bernama Jansen ini. Tidak ada yang salah, semuanya dalam keadaan baik. Tensi dan denyut jantung normal. Sepertinya ini masalah psikis saja. Lalu Jansen mengeluarkam hasil pemeriksaan laboratoriumnya dua hari yang lalu.Â